mencoba saja

Saturday, April 17, 2010

Puisi Alam

Indonesia terkenal dengan keindahan dan kekayaan alam. Bali, dikenal hingga ke mancanegara. Keindahannya menghasilkan devisa Negara. Hal ini dikritisi oleh Rendra melalui puisi alamnya.

Paragraf Awal Puisi Alam

SAJAK PULAU BALI ~ W.S. Rendra

Sebab percaya akan keampuhan industri

dan yakin bisa memupuk modal nasional

dari kesenian dan keindahan alam,

maka Bali menjadi obyek pariwisata.

Betapapun :

tanpa basa-basi keyakinan seperti itu,

Bali harus dibuka untuk pariwisata.

Sebab :

pesawat-pesawat terbang jet sudah dibikin,

dan maskapai penerbangan harus berjalan.

Harus ada orang-orang untuk diangkut.

Harus diciptakan tempat tujuan untuk dijual.

Dan waktu senggang manusia,

serta masa berlibur untuk keluarga,

harus bisa direbut oleh maskapai

untuk diindustrikan.

Dan Bali,

dengan segenap kesenian,

kebudayaan, dan alamnya,

harus bisa diringkaskan,

untuk dibungkus dalam kertas kado,

dan disuguhkan pada pelancong.

Pesawat terbang jet di tepi rimba Brazilia,

di muka perkemahan kaum Badui,

di sisi mana pun yang tak terduga,

lebih mendadak dari mimpi,

merupakan kejutan kebudayaan.

Paragraf awal puisi alam ini, Rendra sepakat akan potensi yang dimiliki Bali, tentang keindahan alam dan potensi seninya. Tidak heran jika Bali menjadi tempat pariwisata yang diidamkan banyak orang. Apalagi ketika sarana dan prasarananya sudah disediakan.

Paragraph Tengah Puisi Alam

Inilah satu kekuasaan baru.

Begitu cepat hingga kita terkesiap.

Begitu lihai sehingga kita terkesima.

Dan sementara kita bengong,

pesawat terbang jet yang muncul dari mimipi,

membawa bentuk kekuatan modalnya :

lapangan terbang. "hotel - bistik - dan - coca cola",

jalan raya, dan para pelancong.

"Oh, look, honey - dear !

Lihat orang-orang pribumi itu!

Mereka memanjat pohon kelapa seperti kera.

Fantastic ! Kita harus memotretnya !

..............................

Awas ! Jangan dijabat tangannya !

senyum saja and say hello.

You see, tangannya kotor

Siapa tahu ada telor cacing di situ.

.........................

My God, alangkah murninya mereka.

Ia tidak menutupi teteknya !

Look, John, ini benar-benar tetek.

Lihat yang ini ! O, sempurna !

Mereka bebas dan spontan.

Aku ingin seperti mereka.....

Eh, maksudku.....

Okey ! Okey !....Ini hanya pengandaian saja.

Aku tahu kamu melarang aku tanpa beha.

Look, now, John, jangan cemberut !

Berdirilah di sampingnya,

aku potret di sini.

Ah ! Fabolous !"

Paragraf tengah puisi alam Rendra, diungkapkan Bali menjadi ramai, namun budaya negatif yang dibawa turis asing turut mencemari Bali.

Paragraf Akhir Puisi Alam

Dan Bank Dunia

selalu tertarik membantu negara miskin

untuk membuat proyek raksasa.

Artinya : yang 90 % dari bahannya harus diimpor.

Dan kemajuan kita

adalah kemajuan budak

atau kemajuan penyalur dan pemakai.

Maka di Bali

hotel-hotel pribumi bangkrut

digencet oleh packaged tour.

Kebudayaan rakyat ternoda

digencet standar dagang internasional.

Tari-tarian bukan lagi satu mantra,

tetapi hanya sekedar tontonan hiburan.

Pahatan dan ukiran bukan lagi ungkapan jiwa,

tetapi hanya sekedar kerajinan tangan.

Hidup dikuasai kehendak manusia,

tanpa menyimak jalannya alam.

Kekuasaan kemauan manusia,

yang dilembagakan dengan kuat,

tidak mengacuhkan naluri ginjal,

hati, empedu, sungai, dan hutan.

Di Bali :

pantai, gunung, tempat tidur dan pura,

telah dicemarkan

Bait puisi alam terakhir, alam hanya dijadikan bisnis semata, tanpa jiwa. Banyak pencemaran, kaum pribumi terugikan. Bentuk sindiran untuk pemerintah, agar Bali bisa terselamatkan.




No comments:

Post a Comment