Lagu Kanak-kanak 2
bintang kecil masa kecil di langit biru
kapan lagi menghias angkasa
aku ingin terbang dan menari bersamamu
jauh tinggi ke tempat dia berada
|
|
---|
Wednesday, April 22, 2009
Poem
Poem
Lagu Kanak-kanak 2
bintang kecil masa kecil di langit biru
kapan lagi menghias angkasa
aku ingin terbang dan menari bersamamu
jauh tinggi ke tempat dia berada
Tuesday, April 14, 2009
Poem
Solitude
semut semut hitam di dinding
merayap naik
mengusung bangkai cicak
menembus batas loteng
masuk ke dalam loteng
woi, suara yang berkejaran di loteng
yang mengusik
jam malamku
gigil embun di jendela kaca kamar
liar
penuh doa
dan bercak sperma
bila sampai
semut semut hitam
bangkai cicak itu
kepadamu:
diamlah!
pada ruang gelap
di atas kepalaku
Poem
Solitude
semut semut hitam di dinding
merayap naik
mengusung bangkai cicak
menembus batas loteng
masuk ke dalam loteng
woi, suara yang berkejaran di loteng
yang mengusik
jam malamku
gigil embun di jendela kaca kamar
liar
penuh doa
dan bercak sperma
bila sampai
semut semut hitam
bangkai cicak itu
kepadamu:
diamlah!
pada ruang gelap
di atas kepalaku
Sunday, April 5, 2009
Lamunan, Lennon!
PERNAH kutandai mana pintu ke mimpi itu
dengan seletus peluru dan harum mesiu
Sambil menunggu gelap, saat menyelinap,
aku bayangkan, yang tak engkau bayangkan:
Bayangkan, bila tak ada Tuhan. Bayangkan!
Aku tertangkap perangkap: gerah ruh di
rumah tubuh, yang kukira telah lengkap
tak tahu langitkah yang hamburkan hujan?
tak tahu lautkah yang gemetarkan gelombang?
Kuhapus juga apa yang tanda, jauh kujauhi
pintu ke mimpi itu, menjura pada Cahaya!
Cepat, Chaplin!
KADANGKALA --- kurasa --- kau dan aku
bagai dua pelakon dalam film mahabisu
baru saja kita pecat Sutradara itu
kita atur sendiri adegan paling lucu
Misalnya --- aku yang hendak mengukur
hangat mulutmu dengan lidahku
Kau menggeleng tapi kau buka jua mulutmu
Aku tiba-tiba telah beruap keringat di sana
"Cut, cut!" kataku meniru Sutradara kita,
kupikir bisa mengulang adegan jenaka itu.
Semak, Marx!
MALAM itu, engkau seperti orator ulung,
tubuhku mimbar, sarung tilam bergulung
"Bersatulah orang jatuh cinta sedunia!"
Udara kamar sesak, segala sudut bergetar
Menunggu tiap akhir kalimatmu lalu hingar,
tepuk & teriak, bagai ribuan rakyat lapar!
*
Malam itu, engkau juru kampanye partai besar
aku tak lagi mau peduli pada apa ideologi
"Bersatulah orang-orang tolol sedunia!
Kusut remang kamar, segala mengerang,
segala pangkal dan asal tak lagi terlacak
Alamak! Aku terjebak, semak janggut Marx!
Nah, Nietzsche
IA sentuh ubun-ubun engkau dengan kecup embun,
menuntun aku tentang tabiat Kasih dan Kasihan.
Ia belum mati, Ia belum mati, Puan Kasih! Kasihkan!
Bahkan bila ia berkenan, aku mohon nabi perempuan:
Ia utus kau padaku, satu-satunya pembenarmu.
Kekal cium pada engkau, Puan, di punggung lengan.
Saturday, April 4, 2009
Poem
Lagu kanak-kanak
nenek sudah tua
giginya tinggal dua
menanti sepi menekan
menahan sendiri menanti
burung kakak tua
hinggap di jendela
nenek nenek nenek
nenek menanti
nenek nenek nenek
nenek menanti
burung kakaktua
Poem
Lagu kanak-kanak
nenek sudah tua
giginya tinggal dua
menanti sepi menekan
menahan sendiri menanti
burung kakak tua
hinggap di jendela
nenek nenek nenek
nenek menanti
nenek nenek nenek
nenek menanti
burung kakaktua