mencoba saja

Saturday, July 31, 2010

Ku kan Selalu Menanti mu

Aku sendiri di sini
Yang selalu Mengharap Hadir mu
Menanti Kasih sayang yang sempurna

Kian hari ku mengharap mu
Tuk mendampingi ku
Yang tak mampu menatap cinta lain
Yang tak sanggup berdiri s'perti dulu

Harus kemana lagi aku harus berjalan
Mencari dirimu yang penuh dengan cinta
Haruskah aku terus berjuang
Menelusuri ranjau yang penuh duri?

Aku tak mengharap lebih darimu
Hanya Cintamu yang kuingin
Hanya Kasih sayang mu yang harap

Andai takdir tak berpihak padaku
Berilah aku kesempatan tuk mencari nya
Mencari orang yang bersedia menggantikan mu
Walau berat rasa hati ini tuk menggantimu

Penulis: Whandi
Website: www.whandi.net

Read More...

Friday, July 30, 2010

Ibarat Air di Daun Keladi

AKU daun keladi, kau air. Aku  mungkin bisa membungkus kau,
tapi hanya lewat akar aku bisa meresapkan kau ke dalam aku.

Aku Kaci, kau Cindai. Bersanding tentu kita tak padan. Tapi, bila
kau perkenankan aku mengemasmu, agar kau tak tersentuh debu.

Aku Punguk, kau Bulan. Rinduku tak pernah akan sampai, tapi bila
kau purnama, aku bahagia, kau cipta juga bayanganku di tanah itu.  

Read More...

Aku Begini, Engkau Begitu

AKU telanjang kaki petani, terlulur lumpur, terbasuh air kali; Engkau adalah silau cahaya, singkap betis bidadari.     

Aku Anjing Pasar, tak melolong karena perut kosong; Engkau meringkuk, manja, Kucing Angora, bahkan mungkin tak tahu apa lapar itu.

Aku rumput gelagah. Tegak memijak, di lumpur basah. Engkau Anggrek Bulan, nun di punjung dahan, kanopi hutan.

Aku  Kelelawar buta, menangkap rahasia suara, menabraki segala gelap. Engkau Kupu-kupu Raja, di sayapmu Tuhan jadi perupa tak bubuhkan nama.

Aku Kecubung, merunduk, ungu murung. Engkau Bunga Matahari: kuning yang terang, menantang arah terang.

Read More...

Wednesday, July 28, 2010

[KOLOM] “Saya Ikhlas Masuk Neraka,” kata Ciputra

Ir Ciputra

Dengan surga, Tuhan ingin memanjakan kita. Dengan dunia, Tuhan tak ingin kita malas.

DI Hotel Ciputra, Jakarta, pekan lalu, saya bertemu dengan Ciputra. Dia bicara di depan Forum Pemimpin Redaksi Grup Jawa Pos. Dia menghasut kami tentang entrepreunership, suatu kata yang ia rumuskan dengan sederhana sebagai upaya mengubah rongsokan menjadi emas.

 Saya menjadi pemandu diskusi dengannya, pagi itu. Pagi ketika, ia harus mengorbankan kebiasaannya, sehingga hari itu ia harus bangun pagi, agar tak terjebak macet dalam perjalanan dari rumahnya di Bukit Golf, Pondok Indah, menemui kami.

Di panggung rendah kami duduk berdua. Tapi, sofa empuk yang disediakan tak ia duduki. Terlalu rendah tampaknya. Ia tak nyaman duduk dengan menekuk lutut dalam sudut sempit. Ia minta kursi biasa yang lebih tinggi, dan duduk di sana, kakinya bisa selonjor.

“Saya ikhlas masuk neraka. Asal jangan disiksa. Kenapa? Karena banyak yang bisa saya kerjakan di sana,” kata Ciputra. Ini kalimat mengejutkan, secara khusus saya mencatat kalimat itu.



Apa arti kalimat itu? Bagi Ciputra, hidup adalah kerja keras. Ia pernah hidup amat kekurangan. Karena itu ia tak ingin bangsa ini miskin.

Selama dua tahun saat usia enam hingga delapan tahun, ia dititipkan pada tante-tantenya. Ia diperlakukan “kejam”. Ia harus membersihkan tempat ludah, dan mengerjakan hal-hal lain yang berat dan kotor.

Pada saat Ciputra berusia 12 tahun, ayahnya Tjie Siem Poe, ditangkap oleh tentara Jepang, tuduhannya: menjadi mata-mata Belanda, lalu wafat di dalam penjara di Manado. Hanya kabar kematiannya yang sampai, di mana jenazah itu dimakamkan tak pernah diketahui. Ingatan saat ayahnya melambai, dan tangisan ibunya, tak pernah terhapus dari benak Ciputra.

Tanpa kepala keluarga, keluarga itu menghadapi hidup berat. Mereka bertahan hidup dengan hasil dagang kue. Ciputra kecil, mengurus sapi piaraan, sebelum ke sekolah, jalan kaki 7 km. Toko kelontong yang jadi andalan hidup keluarga itu sudah ditutup paksa oleh Jepang, saat sang kepala keluarga diciduk.

Ciputra adalah optimisme. Ia – dengan bahasa sendiri – mengatakan, yakin bisa mengubah penderitaan menjadi kemakmuran. “Untuk menuju ke sana, saya menempuh perjalanan sulit: terjal, berbatu-batu, dan berduri,” katanya.

Ciputra yang akrab disapa dengan nama Pak Ci, lahir dengan nama Tjie Tjin Hoan.

Setamat SMA, bungsu dari tiga saudara itu merantau ke Jawa. Ini adalah langkah besar yang mengubah kehidupannya. Dengan kerja keras ibunya, ia masuk Jurusan Arsitektur ITB, Bandung. Belum lulus, dia sudah buka biro konsultan arsitektur. Itu harus ia lakukan, karena itulah satu-satunya cara ia bertahan. Sejak tingkat dua, ibunya tak lagi kirim biaya kuliah.

Setelah lulus, ia hijrah ke Jakarta. Tahun itu, 1960, ia setengah menggelandang, bersama istrinya yang sudah ia kenal sejak SMA di Manado, dari losmen murah satu ke losmen lain.

Ciputra tidak mencari kerja. Ia bisa yakinkan Pemerintah DKI untuk membuka perusahaan daerah. Awalnya, PT Pembangunan Jaya, perusahaan yang kini punya 20 anak perusahaan dan 14.000 karyawan itu, hanya diurus lima orang, termasuk Ciputra yang menjadi direktur, hingga kelak menjadi direktur utamanya. Inilah perusahaan yang berhasil mengubah daerah seram Ancol menjadi kawasan pelancongan kelas dunia.  Lalu, selebihnya adalah sejarah, Ciputra sukses mengembangkan tiga kelompok usaha besar.  

“Saya tak tahu di mana ijazah sarjana saya,” kata Pak Ci. Ia sendiri, menantang lulusan Universitas Ciputra – sekolah yang ia dirikan dan tahun ini akan meluluskan angkatan pertama – untuk melaminating saja ijazah sarjana, membingkainya lalu gantung di dinding. Tak usah dipakai untuk melamar kerja. Jadikan kenang-kenangan saja bahwa mereka pernah kuliah.

“Saya tantang mereka menjadi entrepreuneur,” kata Ciputra. Ini bukan tantangan kosong, sebab si penantang adalah orang yang 50 tahun yang lalu, telah melakukan hal yang sama.

Ada kisah lucu soal ijazah itu. Suatu hari Dian Sumeler, istrinya, menemukan ijazah itu dan mengingatkan Ciputra, betapa itu benar-benar tak pernah dipakai untuk mencari kerja. Bukan ijazah itu hal yang paling penting . “Hal terpenting yang saya dapat dari ITB adalah kreativitas,” katanya. Kreativitas di bidang arsitektur itulah yang melengkapi kemampuannya menjadi entrepreneur. Bukan ijazahnya.

Ciputra yakin, bangsa ini bisa diselamatkan dengan semangat entrepreunership. Ia kerap mengutip David McClelland, suatu yang ia yakini benar bahwa suatu bangsa akan makmur jika mempunyai entrepreneur sedikitnya 2 persen dari jumlah penduduk. Indonesia? Sekarang hanya ada 400 ribu pengusaha yang bisa dikelaskan sebagai entrepreneur, hanya 0,18 persen. Harusnya kita punya 4 juta lebih! Sangat kurang.

Seperti sering diakuinya, ia tak pernah merasa sukses. Ia yakin, jika ia sudah merasa berhasil, maka kreativitas akan mandek. Itulah mungkin penjelasan dari kalimatnya soal surga dan neraka yang saya kutip di atas.

Jika surga ibarat kursi nyaman, duduk menikmati hasil, dan neraka adalah tantangan yang harus dijawab dengan kerja, Ciputra memilih neraka. “Asal jangan disiksa, dan banyak yang bisa saya kerjakan di sama,” kata kakek sembilan cucu itu.

Ya, bagi Ciputra kerja adalah kemuliaan. Bekerja baginya jauh lebih mulia daripada duduk menikmati kenyamanan.  "Bangkitkan kepercayaan. Tidak boleh larut dalam keputusasaan. Inilah pentingnya punya integritas, punya karakter, punya mental juara," kata Ciputra.

Dan etos kerja itu ia tularkan. Ia ajarkan, secara langsung, juga lewat sekolah dan universitas formal. “Kalian adalah cicit murid saya,” katanya.

Chairman Jawa Pos Grup, Dahlan Iskan - orang yang dengan gagasannya dulu tentang jaringan koran lokal - memungkinkan kami, para pemimin redaksi Koran di grup ini berkumpul di Jakarta, di Hotel Ciputra, di hadapan Ciputra,  pernah berkata begini, “Etos kerja keras itu di Jawa Pos grup ditularkan oleh Eric Samola kepada saya. Pak Eric mendapatkannya dari Ciputra.”

“Kalian adalah entrepreneur. Orang-orang yang berpikir dengan entrepreneurship. Kalau tidak, tak mungkin jaringan koran ini jadi sebesar sekarang,” kata Pak Ci.

Dan itu adalah proses yang terus-menerus dan makan waktu. “Saya mendidik Eric selama sepuluh tahun. Dahlan dididik Eric juga sepuluh tahun,” katanya. []

Read More...

Saturday, July 24, 2010

Kebahagiaanku

Kali ini ku harus membuat semuanya nyata...
ku akan kembali kepadanya meski hanya tuk sementara...
ku ingin mengingat kenangan masa2 lalu
yang tak kusadari adalah masa laluku
yang bahagia dan tak kan pernah ada gantinya...

kini ku akan pergi menjemput impian
yang siap menanti ku hadir disisinya...
Walau semua ini tanpa adanya rencana...
karena ku tahu ini adalah kuasa dan takdir-Nya...

Ku tak biasa tanpanya...
ku harus tetap berada disampingnya...
tuk meraih masa depan dan kebahagiaan yang saat ini sirna...

Ditulis Oleh: Whandi
Situs: whandi.net

Read More...

Friday, July 23, 2010

Teh Limau Setengah Gelas

AKU bernaung dari tangis, kau menuang airmata, manis.

Wajahmu basah hujan, tubuhku resah jalanan. Hatiku
bunga jeruru, tanganmu berdarah, di sepetik situ.


Pada beberapa lepau, di jejak lampau, kita singgah, 
tak bisa menghindar dari saling sanggah; tubuhmu
membantah tubuhku. Luluh. Peluh. Tak tersengguh.

Remuk gagang pintu, aku mengungu, kamar menunggu.

Selalu saja, hanya sisa setengah, teh limau, seduh
bersudah-sudah, di gelas yang hendak segera pecah.

 

Read More...

Thursday, July 22, 2010

Mempelai yang Tak Pernah Kujelang

Kau yang mengunci sunyiku, kau yang tahu apa yang paling kutakuti: keberanian menumbuhi kau, sebagai benih yang tak akan berbuah padamu.

Ladang itu: hati pagiku, tangan siangku, mata petangku, tubuh malamku. Ladang itu: tugal tangisku, tadah hujan airmataku.

Aku seperti menunggu saat meminang: dengan mahar diri sendiri dan seperangkat hidupku ini. Kau: mempelai yang tak pernah kujelang.

Read More...

Tuesday, July 13, 2010

Kenangan Terindah Kita

Aku yang tak pernah mengharap cinta yang lain
Berharap cinta yang terjalin akan kekal
Bersama kasih sayang yang ku punya
Hanya untuk kau yang ku cinta

Kau yang dulu menjadi bidadari hidupku
Yang slalu membuat ku bahagia
Meski banyak dilema dalam hatiku

Kini semuanya hanya kenangan
Meskipun pahit yang kurasakan saat ini
Tapi kau tetap yang terindah
Tetap bernaung kenangan saat bersama mu dalam benakku

Aku takut.....
Tidak pernah merasakan belai manja spertimu lagi
Yang mampu membuatku terbang
Merasakan setiap sentuhan yang membakar cinta dan asaku

Ditulis oleh: WhandiDotNet
Website : www.whandi.net

Read More...

Friday, July 9, 2010

[fotograpuisi] Kanvas yang Sutra, Cat yang Cahaya

 Julie Estelle, foto: Jerry Aurum

DIA kanvas yang sutra, dia cat yang cahaya,
Kau pelukis berkuas bening, lensa yang kaca

Segala seperti mewarna sendiri, sisi komposisi

Penghampar alas jingga, dinding ranum marun

Warna tubuh yang tak akan bisa kita beri nama.

Bibir tak bertabir, tapi seakan ia menahan kata:
sependam rahasia ia kabarkan, bila kala itu tiba
mungkin kau-aku harus waspada pada itu mata.

Tapi, dia kanvas yang sutra, dia cat yang cahaya.

Read More...

Thursday, July 8, 2010

Semacam Rencana

 Joko Anwar 

Piyu Padi

Julie Estelle

INGIN menyajakkan foto-foto dari buku jepretan fotografer "bermata emas" Jerry Aurum.

Read More...

G1RLz in My Live

Q Tenggelam dalam Palung Pesonamu
Dalam Torehan dalam rOna Merah Cakrawala Wajahmu
Se – Akan Tangis dan tawa Menyatu
Yang T’akan terpisahkan Gelombang Samudera Cemburu

Q terjatuh dari K’tinggian tatapan Matamu
Dalam Pancaran Lukisan binar Purnama di K’dalaman Indah Matamu
Se – Akan Terhipnotis kilau Senyumanmu
Yang T’ akan Terhapus Dinginnya Embun- embun Pagi’

Q terjerembab Semak belukan di Untaian Hitam Rambutmu
Dalam Rengkuhan Sayap-sayap Lembutmu
Se – akan terbang di Hembusan Nafasmu
Yang T’akan Terhempas Tiupan Asmara

Aq tau,….
Aq T’lah jatuh Dalam Jurang Cintamu
Kala Q tOrehkan Namamu Di setiap daun Di iStama Mimpiq
Dan Di Stiap Tetesan Darahq……

Read More...

Hati Gaduh

sebentar saja mengingatmu
secepat itu cepat landas hilang
sebentar saja melupakanmu
sekilat itu tak di duga datang
apa mau hati tentang gejolak

Tanpa mukadimah cinta menendangku angkuh
makin berlari, makin tersungkur pula
di lubang terjebak hitam mulai memerah
tampak buram adanya cahaya hilang
langit menopang agar aku tidak jingga

sang perempuan menawar enggan
menghibur udara sedih sekeliling
kosakata tak biasa ku dengar lugas
bahwa dia memantik tidak dengan harapan
dengan cara lain dia hidup pada hidupku

pada satu sachet kopi tak murni
aku mulai menjumpainya dengan sapa
berbeda dari yang biasa, memang
itu awal aku menegur dengan canda
manis sekali ketika itu…
seperti kopi baru ku seduh

dengan buku aku memberi harga
menyampaikan pesan yang benar-benar
apa yang terjadi dengan indera
sinar yang mengemplang hati
bagai morse mulai berisyarat

entah mengerti atau tidak satupun
pesan singkat memanggil paksa
bicara akan isi buku yang dalam
sekedar itu saja tanpa bahasan lain
atau …….

waktu berlari menjadi khusus
berlanjut hilang ketika satu hilang
suara kadang ada atau tidak menjawab
sangat perih untuk masing-masing
merasa hilang lalu menjadi gelisah

Romansa ber-entah terjalin abu-abu
memangkas sedikit waktu ku
hati yang bergejolak gaduh
memanggilnya paksa tanpa perintah

dalam hati yang gaduh
dengan cara lain dia hidup dalam hidupku
seperti kopi yang baru ku seduh
sangat manis sekali ketika itu
awal aku menegurnya dengan canda
pada satu sachet kopi tak murni

dalam hati yang gaduh
aku menunggu sinar….
benderang……
dan gemerlap…

Read More...

Waktu

Dan jika engkau bertanya, bagaimanakah tentang Waktu?….
Kau ingin mengukur waktu yang tanpa ukuran dan tak terukur.

Engkau akan menyesuaikan tingkah lakumu dan bahkan mengarahkan perjalanan jiwamu menurut jam dan musim.
Suatu ketika kau ingin membuat sebatang sungai, diatas bantarannya kau akan duduk dan menyaksikan alirannya.

Namun keabadian di dalam dirimu adalah kesadaran akan kehidupan nan abadi,
Dan mengetahui bahwa kemarin hanyalah kenangan hari ini dan esok hari adalah harapan.


Dan bahwa yang bernyanyi dan merenung dari dalam jiwa, senantiasa menghuni ruang semesta yang menaburkan bintang di angkasa.

Setiap di antara kalian yang tidak merasa bahwa daya mencintainya tiada batasnya?
Dan siapa pula yang tidak merasa bahwa cinta sejati, walau tiada batas, tercakup di dalam inti dirinya, dan tiada bergerak dari pikiran cinta ke pikiran cinta, pun bukan dari tindakan kasih ke tindakan kasih yang lain?

Dan bukanlah sang waktu sebagaimana cinta, tiada terbagi dan tiada kenal ruang?Tapi jika di dalam pikiranmu harus mengukur waktu ke dalam musim, biarkanlah tiap musim merangkum semua musim yang lain,Dan biarkanlah hari ini memeluk masa silam dengan kenangan dan masa depan dengan kerinduan.

Read More...

Puisi Persahabatan

Untaian katamu ternyata palsu
Janji indah telah kau ingkari
Untuk terus menjadi sahabatku

Tahukah kau sobat???
Bahwa segala luka yang menyobek hatimu
Dapat juga ku rasakan dan menusuk jiwaku
Bahwa darah yang menetes dari luka itu
Seiring air mata yang mengalir di pipiku

Sadarkah kau sobat???
Bahwa kepedihan yang selalu tampak di wajahmu
Adalah mimpi terburuk yang membebaniku
Bahwa sikap dinginmu untukku
Adalah pedang yang terus menghujam dadaku

Dulu secercah tawamu yang indah
Selalu menggelitik jiwaku untuk tersenyum
Tapi kini semua tlah berubah
Dan bukan lagi kebahagiaan
Yang mampu kau berikan padaku
Karena sahabat…
Kau khianati aku
k au cemari ikatan kita
Kau dengan mudah melepas jemariku
Padahal kau melihat aku
Rapuh tanpa kau di sampingku

Mengapa kau rusak hubungan ini???

Kawan…..
Engkau telah mengisi hari hari ku
Dengan canda tawamu
Nampak wajahmu ceria nan rupawan

kawan…...
begitu bertartinya kau dalam hidup ini serasa hampa jika kau tak disisi

Kumelangkah tanpamu disampingku
Serasa diruang tak berpenghuni
Walau kuberada dikeramaian
Rasa linglung jika kau tak menemani
Tak tahu berbuat apa
Tanpamu disisi

Kawan…....
Kaulah tempat curahanku
Tempat curahan dari segala gundahku
Kapanpun dimanapun bagaimanapun
Dalam keadaan apapun
kau….selalu ada untukku
Selalu ada disetiap kubutuh

Kawan…......
begitu besar jasamu
Kata terimakasih tak cukup membalas jasamu

Kawan….
Betapa besar jasamu
Tak dapat diungkap dengan kata
Andaikan air laut sebagai tinta
Bahkan seisi bumipun tak cukup sebagai tinta
Untuk menuliskan jasamu

Kawan….....
Kuingin selalu bersamamu
Rasa tak ingin kulalui waktu tanpamu

Sahabat terkadang bisa buat kita senang
Tapi sahabat juga bisa membuat kita terluka
Dikala engkau senang
Dikala engkau sedih

Sahabat…,
Kenapa engkau hadir dalam hdupku
Kenapa engkau membuatku menangis…?
Kenapa engkau tersenyum dalam tangisku?
Begitu mudahnya kau melupakan persahabatan kita…
Sia-sia kita bina persahabatankita ini
Selamat tinggal sahabat sejatiku…

Persahabatan tak butuh keajaiban,,
Yang ada hanya sebuah kebersamaan
Untuk selalu terus berjalan

Persahabatan bukan permainan
Bukan pula sebuah ujian
Juga bukan sebuah hayalan
Persahabatan adalah jembatan
Untuk mencapai sebuah tujuan

Persahabatan selalu berharap
Semua teman memperoleh kebahagian
Persahabatan adalah sebuah perwujudan
Kasih sayang yang terlewatkan
Cinta yang tak terungkapkan

Persahabatan. . .
Selalu berbuah kebahagiaan
Karena persahabatan takkan hilang termakan zaman

Kau adalah sahabatku teman pelipur laraku
Bersamamu aku bisa ber bagi cerita indah
Cerita tentang kegagalanku
Dan dengan mu pula aku bisa tuangkan segala keluh kesahku

Sahabat…
Saat kau sedih aku menangis
Saat kau terluka hatiku tercabik
Saat kau gundah aku selalu resah

Sahabat. . .
Jangan kau anggap aku orang lain
Aku adalah dirimu
Aku adalah saudaramu
Aku siap korban kan jiwaku agar kekal persahabatan kita

Teman itu seperti bintang
Tak selalu nampak
Tapi selalu ada dihati…

Sahabat akan selalu menghampiri ketika seluruh dunia menjauh
Karena persahabatan itu seperti tangan dengan mata
Saat tangan terluka, mata menangis
Saat mata menangis, tangan menghapusnya

Kuatkah aku menjalani ini.?
Kebersamaan kita memang indah
Bahkan terasa sangat manis


Kau teman berbagiku
Kau tempat ku curahkan resah dan gelisahku
Bercanda dan tertawa bersama
Menghangatkan tubuh dan jiwaku

Tapi. . .
Dalam tawa itu aku menjerit
Dalam kehangatan dekapanmu aku menggigil

Kau teman terbaikku
Tapi bukan pemilik cintaku

Read More...

Kerinduan Abadi

Mencoba lepaskan beban
Kutulis sebait lagu tentang kerinduan
Terpendam dibatas jarak yang memisahkan
Jujur ingin aku bertemu

Mencoba lukiskan bayang
Selintas wajah gadis yang kurindukan
Di awan kugoreskan imaji dan bisikkan
Tetap setia padaku

Betapa berarti
Sesaat pertemuan kita
Obati rindu sekian waktu lamanya
Hanya hati
Setia pada cinta dijiwa
Kan membawa ini jadi selamanya


Read More...

Ketika Aku Merindukanmu

Ketika aku merindukanmu…
Kutuliskan semua rasa yang ada
Kucoba rangkai menjadi bait-bait puisi indah
Seadanya rasa ini, sedalamnya hatiku

Ketika aku merindukanmu…
Tak terasa tetes airmata jatuh di pipiku
Dikala tak sedikitpun dapat kutemui adamu
Lirih pun tak kudengar suara manismu

Ketika aku merindukanmu…
Aku ingin waktu berputar ke masa lalu
Saat dimana aku ada disampingmu
Ketika dirimu belum pergi dari kehidupanku

Ketika aku merindukanmu…
Langit yang biru pun terasa kelabu
Panas mentari tak mampu hangatkan jiwaku
Tak ada rasa indah dalam kehidupanku

Ketika aku merindukanmu…
Berjuta angan inginkan kembali kehadiranmu
Walau harus berjalan jauh menjemputmu
Kurela demi bahagianya hatiku

Ketika aku merindukanmu…
Semua langkah tanpamu terasa kaku
Tak ada tawa terlahir serenyah bersamamu
Hidup sepenuhnya terasa pilu

Ketika aku merindukanmu…
Ingin rasanya aku menuruti semua egoku
Raih bahagiaku, mungkin acuhkan bahagiamu
Syukurku, ketika merindukanmu tak ku lakukan itu

Ketika aku merindukanmu…
Kutatap langit, kulihat engkau menatapku
Kutatap air, kuingat kenangan bersamamu
Kutatap hidupku, begitu kosong tanpamu

Ketika aku merindukanmu…
Aku bersedih kala teringat dia disampingmu
Begitu ingin kuhapuskan kerinduan ini
Namun hati masih ingin mengharapkan kembalimu

Ketika aku merindukanmu…
Berjuta tanya menyeruak dipikiranku
Adakah juga kau rasakan kerinduan padaku
Tak terbersitkah keinginan bertemu lagi denganku

Ketika aku merindukanmu…
Tak sedikitpun kusesali pertemuan awal itu
Tak ada hasrat untuk memisahkanmu
Tak ada rasa ingin membelenggu jiwamu

Ketika aku merindukanmu…
Ratusan malam kuhabiskan menunggu
Banyak mimpi kutabur di taman hatiku
Berharap esok kau berdiri di depan pintu hatiku

Ketika aku merindukanmu…
Terkadang datang ragu, coba tepiskan indahmu
Terkadang kupeluk bayangmu yang semu
Kutatap fotomu, berharap engkau melihatku

Ketika aku merindukanmu…
Berjuta penyesalan hadir atas semua khilafku
Berandai dapat kuperbaiki masa lalu
Seandainya dapat, kutata ulang kehidupanku

Ketika aku merindukanmu…
Terselip tanya “adakah kau menyesal mengenalku ?”
Terselip tanya “tak bisakah kau miliki saja diriku ?”
Terselip tanya “begitu mudahkah hapuskan diriku dari kehidupanmu ?”

Ketika aku merindukanmu…
Setengahnya kumerasa malu, karna mungkin hanya aku
Di sampingmu bukan diriku, mungkinkah dipikirmu ada diriku
Hingga dihatimu, masih bisa merindukan sosok lemahku

Ketika aku merindukanmu…
Hanya ungkapan rasa ini yang kumampu
Meski takkan pernah dapat menjadi obat bagiku
Sedikitnya melepaskan sedikit rasa dari hatiku

Ketika aku merindukanmu…
Kurelakan semua rasa sayang ini menunggu
Kubiarkan diri ini mengenang memori masa lalu
Kuyakinkan hatiku jangan memilih tuk ragu

Ketika aku merindukanmu…
Harapan tumbuh, serasa ku mampu sendiri dulu
Kubiarkan hati putih tanpa debu cinta yang lain
Mencoba buktikan betapa setianya diriku

Ketika aku merindukanmu…
Kuberikan semua rasa sayang yang tulus untukmu
Kuhapus ingatan tentang ketaksempurnaanmu
Kuyakinkah hati sesungguhnya kita adalah satu

Ketika aku merindukanmu…
Kusadari betapa lemahnya diriku tanpamu
Kuteringat betapa kasarnya diriku dulu
Betapa ingin memohon dirimu kembali padaku

Ketika aku merindukanmu…
Kucoba merangkai semua imaji bahwa kau pun merindu
Kucoba bermimpi kau pun memimpikan keberadaanku
Kucoba menunggu, buktikan takdir dan inginku

Ketika aku merindukanmu…
Tak kuasa logika atas semua rasa dalam hatiku
Tak kuasa raga atas keberadaan jiwa lemahku
Tulus mencintaimu, dari ketidaksempurnaanmu

Ketika aku merindukanmu…
Kupintakan dirimu sehat s’lalu hingga batas waktu
Berkhayal kelak dapat kulihat kembali sosok indahmu
dan kudengar lagi… suara manja dan manismu

Ketika aku merindukanmu…
Kuterpaku dengan kata-kata cinta dan setia
Tulus dan tanpa harus dirasa oleh berdua
Hingga sering membuatku menjadi rapuh

Ketika aku merindukanmu…
Menjadi seperti inilah diriku
Terlihat jelas seluruh isi hati dan pikiranku

Hanya karena aku merindukanmu…
Kurasakan putih dan tulusnya cinta
Indahnya memberi, teguhnya rasa
Bagaimana hati mencoba setia

Ketika aku merindukanmu…
Rindu hanyalah satu-satunya kata di hatiku


Read More...

Puisi Untukmu Ibu

Di kala resah ini kian mendesah dan menggalaukan jiwaku
Kau ada di sana …
Di saat aku terluka
hingga akhirnya…tercabik-cabiklah keteguhan hatiku
Kau masih ada di sana…

Ketika aku lelah dan semangatku patah untuk meneruskan perjuangan,
terhenti oleh kerikil –kerikil yang kurasa terlampau tajam
hingga akhirnya aku pun memilih jeda!!!
Kau tetap ada di sana…
memberiku isyarat untuk tetap bertahan

Ibu…kau basuh kesedihanku, kehampaanku dan ketidakberdayaanku
“Tiada lain kita hanya insan Sang Kuasa,
Memiliki tugas di bumi tuk menegakkan kalimatNya
Kita adalah jasad, jiwa, dan ruh yang terpadu
Untuk memberi arti bagi diri dan yang lain”
Kata-katamu laksana embun di padang gersang nuraniku
memberiku setitik cahaya dalam kekalutan berfikirku
Kau labuhkan hatimu untukku, dengan tulus tak berpamrih

Kusandarkan diriku di bahumu
Terasa…kelembutanmu menembus dinding-dinding kalbuku
Menghancurleburkan segala keangkuhan diri
Meluluhkan semua kelelahan dan beban dunia
Dan membiarkannya tenang terhanyut bersama kedalaman hatimu

Kutatap perlahan…
matamu yang membiaskan ketegaran dan perlindungan
Kristal-kristal lembut yang sedang bermain di bola matamu,
jatuh…setetes demi setetes
Kau biarkan ia menari di atas kain kerudungmu
Laksana oase di terik panasnya gurun sahara

Ibu…
Nasihatmu memberi kekuatan untukku
rangkulanmu menjadi penyangga kerapuhanku
untuk ,menapaki hari-hari penuh liku
…semoga semua itu tak akan pernah layu!

Ibu…
Dalam kelembutan cintamu, kulihat kekuatan
dalam tangis air matamu, kulihat semangat menggelora
dalam dirimu, terkumpul seluruh daya dunia!

Read More...

Puisi Untuk Ibu

Ibu...
adalah wanita yang telah melahirkanku
merawatku
membesarkanku
mendidikku
hingga diriku telah dewasa

Ibu...
adalah wanita yang selalu siaga tatkala aku dalam buaian
tatkala kaki-kakiku belum kuat untuk berdiri
tatkala perutku terasa lapar dan haus
tatkala kuterbangun di waktu pagi, siang dan malam

Ibu...
adalah wanita yang penuh perhatian
bila aku sakit
bila aku terjatuh
bila aku menangis
bila aku kesepian

Ibu...
telah kupandang wajahmu diwaktu tidur
terdapat sinar yang penuh dengan keridhoan
terdapat sinar yang penuh dengan kesabaran
terdapat sinar yang penuh dengan kasih dan sayang
terdapat sinar kelelahan karena aku

Aku yang selalu merepotkanmu
aku yang selalu menyita perhatianmu
aku yang telah menghabiskan air susumu
aku yang selalu menyusahkanmu hingga muncul tangismu

Ibu...
engkau menangis karena aku
engkau sedih karena aku
engkau menderita karena aku
engkau kurus karena aku
engkau korbankan segalanya untuk aku

Ibu...
jasamu tiada terbalas
jasamu tiada terbeli
jasamu tiada akhir
jasamu tiada tara
jasamu terlukis indah di dalam surga

Ibu...
hanya do'a yang bisa kupersembahkan untukmu
karena jasamu
tiada terbalas

Hanya tangisku sebagai saksi
atas rasa cintaku padamu

I Love You So Much Emuach..

Read More...

Indahnya Kematian

Panggilan
Biarkan aku terbaring dalam lelapku,
kerana jiwa ini telah dirasuki cinta,
dan biarkan daku istirahat,
kerana batin ini memiliki segala kekayaan malam dan siang.

Nyalakan lilin-lilin dan bakarlah dupa nan mewangi di sekeliling ranjang ini,
dan taburi tubuh ini dengan wangian melati serta mawar.
Minyakilah rambut ini dengan puspa dupa dan olesi kaki-kaki ini dengan wangian,
dan bacalah isyarat kematian yang telah tertulis jelas di dahi ini.

Biarku istirahat di ranjang ini,
kerana kedua bola mata ini telah teramat lelahnya;
Biar sajak-sajak bersalut perak bergetaran dan menyejukkan jiwaku;
Terbangkan dawai-dawai harpa dan singkapkan tabir lara hatiku.

Nyanyikanlah masa-masa lalu seperti engkau memandang fajar harapan dalam mataku,
kerana makna ghaibnya begitu lembut bagai ranjang kapas tempat hatiku berbaring.
Hapuslah air matamu, saudaraku,
dan tegakkanlah kepalamu seperti bunga-bunga menyemai jari-jemarinya menyambut mahkota fajar pagi.

Lihatlah Kematian berdiri bagai kolom-kolom cahaya antara ranjangku dengan jarak infiniti;
Tahanlah nafasmu dan dengarkan kibaran kepak sayap-sayapnya.
Dekatilah aku, dan ucapkanlah selamat tinggal buatku.
Ciumlah mataku dengan seulas senyummu.

Biarkan anak-anak merentang tangan-tangan mungilnya buatku dengan kelembutan jemari merah jambu mereka;
Biarkanlah Masa meletakkan tangan lembutnya di dahiku dan memberkatiku;
Biarkanlah perawan-perawan mendekati dan melihat bayangan Tuhan dalam mataku,
dan mendengar Gema Iradat-Nya berlarian dengan nafasku....

Read More...

Kasih Tak Sampai

Kita telah terbuai dalam indahnya syair cinta, merindu, mengelus hati, melagukan kasih sayang terindah,
Setiap yang kita lakukan, selalu menciptakan 1001 rasa, saling memiliki,
Keindahan rasa cinta, tidak lagi tabu- tidak lagi ragu, tak lagi membebani hati,
Semua indah seolah telah terwujud hubungan cinta – kasih sayang abadi,
Seandainya kesempatan itu benar-benar terwujud dalam satu ikatan cinta & kasih sayang,

Ternyata tak semudah kata-kata, tak seindah puisi, tak segampang angan-angan, harapan itu sirna, layaknya kertas kering terbakar api,
Menyatukan dalam suatu ikatan cinta, cinta abadi, cinta mati,
Biarlah angan ini terpancar dalam lubuk hati, bersinar menerangi jiwa, jiwa yang sepi,
Biarlah kasih dan sayang ini, bernyanyi – menyanyikan lagu rindu, rindu – haru,
Biarlah setiap bintang, menyinari bintang yang lain, memberikan sinar, berbagi cinta, memaknai masing-masing sinarnya,
Biarlah setiap hujan memberikan kehidupan, setiap nyawa yang dihinggapi simpati,
Biarlah matahari selalu menyinari, memberikan kehidupan, memberikan cintanya sampai cinta kita tak terbagi, abadi, semoga,

Aku hanya bisa berharap, dirimu dan diriku menyimpan rasa itu, rasa saling memiliki, meski tak lagi ada ikatan cinta, meski tak terlihat lagi berkas sinar kasih-sayang yang selalu menyinari,
Kita berharap ini tidak berakhir, namun hanya angan-angan semata – melumpuhkan semua,
Mungkin inilah jalan terbaik, ikhlaskan semua, semua telah berakhir, kenyataan ini pahit, kenyataan ini menyayat – melukai, mencerca setiap sisi hati,
Semua sudah terlambat, aku hanya bisa berharap, selalu mencintaimu, hingga akhir hayat…

Maafkan aku telah lancang menyayangimu, telah menjatuhkan dirimu dalam palung rinduku, menenggelamkan dirimu dalam cinta dan sayangku. Maafkan aku, Terima kasih cinta….

Read More...

Masih...

Masih lekat kuingat saat kau menangis
Sadari bahwa dirimu seorang wanita
Hanya bisa berharap dan bermimpi tentang cinta

Masih lekat juga kuingat saat ku tersiksa
Betapa aku cinta tapi tak mampu bersuara
Hanya bisa pandangi dan kagumi kehadiranmu
Betapa hati mendadak sepi saat kau tak menyapa

Baru kemarin taman ini berbunga, dan sekarang mulai layu
Esok adalah perpisahan,
oh…mengapa keberanian ini tak juga datang

Akankah kukehilanganmu sebelum nyatakan semua
Sementara ku tak yakin tangis itu untukku
Aku hanyalah manusia biasa bertubuhkan pria
Untuk cinta… ku juga takut tak berbalas sepertimu

Maafkan aku yang tak punya cukup keberanian
Sementara sinarmu begitu menyilaukan mata
Maafkan aku yang t’lah biarkanmu menangis
Sementara aku, ada sedikit keyakinan tangis itu karenaku

Maafkan aku, t’lah sempat sedihkanmu
Sementara aku begitu sayangimu
Percayalah… bahwa itu semua t’lah berlalu
Takkan ada lagi sedih karenaku, aku berjanji

Percayalah… kau tak akan kehilanganku
Karna ku juga takut kehilanganmu
Jika satu saat cinta ini memang harus berakhir
Percayalah itu karna hidup memang tak abadi

Read More...

Terima Kasih

PAGI yang binar, tawa bayi hari, nafas melati,
terima kasih, engkau tak mengajari, tapi aku
jadi mengerti, cara terbaik memulai hati.

TOPI yang teduh, jalinan daun jatuh,
dahan khuldi yang jauh,  terima kasih,
matahari mengira di kepalaku engkau
tumbuh, memanen cahayanya.

SEPATU yang sabar, sepasang kembar,
putra trubadur akhir dan peharpa
pengembara,  terimakasih, langkah belum
sejuta, jejak rahasia.

KAOS kaki yang baik, telapak tangan
bidadari,  terima kasih, berlubang engkau
karena tajam jariku, karena kejam tumitku.


KAWAN baik, saudara serahim dunia, sedarah
alir udara,  terima kasih, kita seperti taburan
planet-planet, berpegang tangan medan magnet.

SAPUTANGAN yang sejuk, selembar subuh
segiempat, terima kasih, aku tak mengeluh
miang, karena peluh siang.


Read More...

Wednesday, July 7, 2010

[KOLOM] Beberapa Diktum Demokrasi

INI cuma lintasan pemikiran acak. Saya tentu saja bukan pemikir mahir. Bukan perumus teori yang bagus. Saya kadang suka sok menjadi pengamat, dan tentu saja tidak terlalu cermat. Jadi, jadikan bahan renungan deh, jadikan bahan untuk menilai betapa dangkalnya wawasan saya ini. Jangan terlalu diamini, janji ya?

1. DEMOKRASI beranjak dari rasa tidak percaya. Agama berdasar pada rasa percaya!

Karena kita melihat masalah manusia di depan mata, dan kita tidak percaya pada pemimpin, maka kita memerlukan demokrasi. Itulah sistem yang kita pakai sekarang untuk menjamin bahwa kekuasaan itu bisa dibatasi, dan pemimpin bisa diganti. Agama berangkat dari kepercayaan. Kita percaya Tuhan itu ada, meski kita baru nanti akan berjumpa dengan-Nya di akhirat sana.

2. PARTAI itu anak kandung yang lahir dari rahim demokrasi, tapi merasa merekalah ibu kandung yang melahirkan demokrasi, dan melupakan rakyat.

Partai-partai itu sering lupa bahwa demokrasi itu adalah upaya untuk menata kehidupan bersama mencapai kondisi terbaik yang bisa dicapai. Partai hanya instrumen dan mesin demokrasi. Tapi, si intrumen ini kadang merasa bisa mengubah kerja dan fungsi si mesin itu.

3. DEMOKRASI itu seperti perkawinan. Ada komitmen bersama. Ada pembagian kerja. Ada juga mempelai yang selingkuh dan kasar.

Semua pihak yang terlibat, harus bertekad bersama merawat demokrasi itu agar berjalan menjadi lebih baik, dan membawa semua pihak ke keadaan yang lebih baik. Korupsi dan kolusi itu adalah tindakan kriminal nomor satu dalam demokrasi!

4. ADA beberapa cara mengganti penguasa. Demokrasi bukan cara yang paling sempurna. Tapi, mungkin ini yg paling minim risiko.

Pilihannya apa? Ditunjuk oleh penguasa yang lebih tinggi? Atau kalau di pusat, dengan kudeta bersenjata? Kekuatan desakan rakyat? Atau berbagai sistem utopis yang belum menemukan cara terterapkan untuk mengganti penguasa itu? Jadi, sementara sepertinya memang demokrasi itu cara yang paling minim risiko.

5. TUHAN itu otoriter pada beberapa hal, tapi pada banyak hal, Ia adalah demokrat sejati.

Nasib itu demokratis. Tuhan bebaskan kita "menentukan" sendiri nasib kita dengan kerja keras kita sendiri. Kapan kiamat? Nah, untuk yang satu ini, di sini Dia otoriter! Dalam Al-Quran, banyak ayat yang menegaskan bahwa Tuhan tahu apa yang terbaik buat manusia, dan manusia tidak tahu. Dalam kacamata manusia, ini otoriter, kan?

6. Demokrasi bisa diperalat, jadi kendaraan, jadi kedok.

Pada dasarnya demokrasi itu memang alat, kendaraan dan  kedok. Ia bukan tujuan. Untuk sampai tujuan, kita perlu kendaraan, bukan? Untuk mengerjakan sesuatu, menebang pohon misalnya, kita perlu kapak, bukan? Nah, demokrasi jadi kedok, ketika penguasa lalim, sistem belum memungkinkan, maka demokrasi bergerak dari balik kedok. Prinsip Zorro, namanya.

7.  DEMOKRASI adalah upaya maksimal manusia menata hidupnya sendiri. Kalau itu datang dari Tuhan, ia akan jadi bagian dari agama.

Karena bukan agama, tak ada dosa dalam demokrasi.  Ketika penguasa zalim, itulah saatnya agama bergandengan tangan dengan kepentingan demokrasi. Jadi, keduanya bisa sejalan. Apakah demokrasi bertentangan dengan agama? Bisa begitu. Dan biasanya, agama yang oleh penganutnya dianggap lebih benar daripada demokrasi.
 
8. DEMOKRASI itu seperti merek yang dijual dengan sistem waralaba, dan si pemakai boleh mengutak-atik menyesuaikan sistemnya.

Demokrasi itu seperti sistem standar operasi yang terbuka. Siapa saja boleh memakainya sebagai dasar untuk mengembangkan sistem lain yang lebih baik. Justru demokrasi akan gagal kalau mentah-mentah dicontek. Pasti ada kemungkinan untuk mengutak-atik menjadi lebih sesuai, dan cocok untuk kondisi masyarakat pemakainya. Tapi, keterbukaan itu pula yang membuat demokrasi sering diselewengkan. Nasib....

9. DEMOKRASI itu tidak sempurna. Kalau demokrasi itu dinyatakan sudah sempurna, berarti dia tidak demoratis lagi.

Demokrasi itu gagasan manusia. Bukan gagasan manusia. Kalau manusia menyatakan dia sempurna, maka ia berlebihan. Apalagi buatannya, kalau dinyatakan yang dibuat manusia itu sempurna, maka itu juga kebohongan.

10. DENGAN demokrasi dihasilkan pemimpin terbaik, tercipta aturan terbaik.

Tapi, demokrasi juga membutuhkan kedua hal itu. Kecurangan, akal-akalan, selalu akan terbongkar dalam sebuah sistem penyelenggaraan negara yang demokratis. Semakin menyadari itu, semakin baiklah perilaku pemimpin, semakin demokratis kepemimpinan yang ia jalankan.

11. ALANGKAH demokratisnya, jika presiden dipilih dengan kompetisi seperti piala dunia. Ada babak penyisihan sampai final.

Bisa dicari, apa saja yang dilombakan. Tentu bukan adu otot. Ini adu konsep, dan adu otot. Juga adu kecerdasan emosi, dan kedewasaan sikap. Semuanya harus digelar dengan terbuka. Disiarkan seluruh stasiun televisi. Skornya harus jelas, tak perlu lembaga survei untuk bikin hitung cepat.  Kehebatan sepakbola dibanding politik adalah: di lapangan itu, tak ada pidato jual kecap! Tak ada janji kampanye!

12. KITA perlukan demokrasi, ketika kita harus memilih, tetapi sebenarnya kita tak punya pilihan.

Ini lebih baik daripada ada kekuatan siapapun, dengan senjata atau uang, yang datang, memilih diri sendiri, memaksa kita yang tak memilih dia, menerima dia juga. Ini jauh lebih buruk.

13. DIPLOMASI itu adalah cara berbohong untuk menutupi kebohongan. Demokrasi adalah sistem yang memungkinkan orang berbohong.

Ya, atas nama demokrasi, orang bisa berbohong atau berkata dengan benar. Tanpa demokrasi bisa jadi semua yang dikatakan cuma bohong. Dalam suasana demokratis, kebohongan gampang ketahuan, kok. Percayalah. Yang diperlukan adalah rakyat yang melek bukan antidemorasi, serta cerdas bukan cuai pada politik.***

Read More...

Tuesday, July 6, 2010

Menari, Mata Tari

KALAU ini adalah perangkap, Tari, di mana kau akan dikeluarkan olehnya?

O, sudahkah untukmu kuucapkan selamat pagi? Di televisi, tak lagi, kulihat
engkau mengabarkan gambarmu sendiri. Juga di iklan, penyejuk ruangan.

Rekaman itu, Tari, seperti seribu tabung 3 kg elpiji, meledak di kepala kami.
"Itu bukan tari," katamu. Itu matahari yang memang selalu telanjang? Sinar
memancar? Di kusut ranjang? Suhu yang didustai oleh penyejuk ruangan?

O, matamu adalah bukan matahari, matamu mata Tari. Mata yang menari?

Kalau ini adalah jerembab, Tari, di mana kau akan dibangunkan olehnya?

Read More...

Karena Kau! Karena Kau?

KARENA kau berhati api, dan kami kayu bakarmu, kau kirim bensin dalam botol bersumbu, untuk memadamkan keberanian kami?

KARENA kau perwira tinggi, mahir menabung upeti, dan kami babi kotor menabung recehan di celengan mungil, kau bisa bayar diam kami?

KARENA kau punya senjata dan kami beri uang untuk beli peluru, maka kau berhak menodong mulut kami, supaya kami diam karena takut padamu?

Read More...

Friday, July 2, 2010

Di Kala Perpisahan itu

Jika ku bisa memutar waktu....
ku akan memberikan semua asa yang kumiliki untuk mu...
tak kan pernah ku sia-siakan semua rasa yang telah kita jalin...
takkan ku biarkan kau menangis dikala perpisahan itu terjadi...

karna sesungguhnya...
kaulah orang yang bisa menghapus semua resah dihati...
sulit rasanya tuk mencari pengganti mu...

Oleh: Whandi

Read More...