mencoba saja

Sunday, March 29, 2009

Poem

Sekolah dan Cinta Remaja

jam berdentang,
hari tak surut ke belakang.
dengan apa musti kutemui engkau kembali
cinta remajaku;
pertemuan malu-malu,
ciuman-ciuman lugu
di belakang wc sekolah yang bau itu.
semua pergi, seperti tanganmu juga pergi
ke dalam tangan yang lain--
ke pulau lain.
tapi jalan kecil berlubang
menuju sekolah itu
masih bertahan.

Read More...

Poem

Sekolah dan Cinta Remaja

jam berdentang,
hari tak surut ke belakang.
dengan apa musti kutemui engkau kembali
cinta remajaku;
pertemuan malu-malu,
ciuman-ciuman lugu
di belakang wc sekolah yang bau itu.
semua pergi, seperti tanganmu juga pergi
ke dalam tangan yang lain--
ke pulau lain.
tapi jalan kecil berlubang
menuju sekolah itu
masih bertahan.

Read More...

Monday, March 23, 2009

Kurayapi Sekujur Kesepianku

Kurayapi sekujur kesepianku
Mengundang angan dan sengat kumbang
Mata bintang yang diam dan berkelesatan
Menyuguhi harapan di semesta lenggang

Sampai kasih dan ingin terbentang
Membujuk pengembara merakah
Yang tenggelam di bawah kubang resah
Menanti dara cantik yang telah datang

Membujuk arah pengembara merambah
Terus mewangi aroma bunga cinta sampai ujung hari
Membangkitkan gairah sang pencinta dalam darah
Yang menentangkan kesenyapan sendiri

Ku temukan perempuanku
Dalam batas asa ku mengagumi sesok diri membaui
Dan membenamkan dua serpihan bintang
Yang memancarkan pesona terang

Ia selalu memintaku melukiskan kisah yang ada
Atas cinta terperi di dinding-dinding hati
Kami hanyalah sepasang pecinta mengharap sejati
Bersama berkelana dari waktu-kewaktu menjaga setia

Read More...

Kenapa Diam Sahabat

Mengapa Kau diam Sahabat?
Aku Diam Karena aku tidak ingin bicara
Aku menikmaati suasana Hening
Karena Hening dapat memberikan Nuansa

Tidak kah kau lihat mereka berbicara Sahabat?
Kenapa Kau memilh selalu diam
Aku Bukan mereka, aku tidak suka banyak bicara
Itu menunjukan meraka tidak Mempunyai Makna

Tidak Kah Kau Sakit atau Marah atas ulah mereka sahabat?
Marah? kenapa harus marah.. aku hanya tertawa
Lihatlah mereka, Badut-badut panggung melakonkan drama
Itulah Kwalitas Mereka yang tak bijaksana

Bukan kah diam tak menyelesakai Masalah Sahabat?
Kamu salah, Diam menjawab dengan seribu bahasa
Apakah tidak kau lihat congor mereka berbusa
Dengan kata-kata yang hanya sebuah bisa

lalu apa yang akan kau lakukan sahabat?
Aku hanya akan melihat dan terus tertawa
Melihat Ocehan badut-badut panggung itu disana
tidak kah kau terhidur oleh meraka

Kau betul sahabat ku yang sangat kucinta
Memang dengan banyak berbicara kita terlihat merana
Dengan diam kita bisa memaknai yang ada
Kau memang sahabat ku yang bijaksana.

Read More...

Untuk Mu Teman

Langit hitam berbenang merah bersulam darah
Halilintar bergetar menebarkan tebaran getar
Lautan berbingkai bangkai melukis mati
Bumi berajah api membakar hati
Hutan berimba cahaya menyilaukan rasa
Semesta berbicara berakhirlah dunia

Halilintar menyambar melontarkan kabar berlontar mati
Darah melambai-lambai di atas periuk berduri
Jiwa berumbai-rumbai dalam dekapan mimpi
Rongga api di hentakan ke dasar bumi

Kepapakan gagak berapi suci
Meniadakan nafas yang telah pergi

Sinar seperti bayangan bulan mengelegar membuka pintu kematian
Sayatan pedang berduri tajam di tarik pelan
Nafas telah panas sudah saatnya pergi
Kembali kedaLam pusaran cahaya remang
Selamat jalan

Oleh :Nso

Read More...

Jelaga Persahabatan

Masih kulihat jelaga dimatamu,
Jernih menawarkan tulus dalam sebuah jabat tangan
Lalu terukirlah kisah persahabatan dalam diary bernama hati

Kawan,
Masih kungingat cengkrama yang melantun dari bibir-bibir kita
ketika bulan tawarkan redup,
Ketika mentari tawarkan terik,

ketika langit tawarkan aneka warna
ketika burung tawarkan nyanyian seindah sorga jiwa
hingga memory kita terlarut dan enggan berpaling

hingga hari ini
masih kulihat jelaga itu di matamu
masih sejernih ketika dulu kita berjabat tangan
tapi kita mesti pulang
bukankah dedauan masih hijau serupa gejolak kita?

diary kita tak kan lusuh karena perpisahan bukanlah akhir memory,
tapi pintu menuju ruang bernama cita-cita
ketika aku haus cinta,
kan kuteguk kasih dari memory dalam jelaga persahabatanmu

Read More...

Doa untuk kasih dan sahabatku

Kereguk segelas jeruk hangat
Berharap menghilangkan penat
Ah…rasa masam dan manis yang bersatu
Dapat sejenak membuatku melupakan waktu

Kekasihku…
Dialah nafasku
Sahabatku…
Merekalah ragaku

Tuhan…
Dia wanita yang tertanam rusukku
Dengan nafasnya aku hidup
Dengan mata hatinya aku melihat dunia
Tolong satukan kami selamanya
Seperti Bulan dan Bintang
Seperti Adam dan Hawa
Biarkan kisah cinta kami kekal abadi

Tuhan…
Dia yang mengisi hariku
Mendengarkan keluh kesahku
Kami saling berbagi cerita suka dan duka
Kami saling menopang dan memberikan
semangat dalam berbagai cobaan hidup
Biarkan persahabatan kami kekal abadi


Tuhan….
Janganlah pisahkan aku dari kasihku dan
sahabatku
Karena Kasihku….
Adalah nafasku
Karena Sahabatku….
Adalah ragaku

Oleh : Mayudhy Chandra

Read More...

Untukmu Sahabat…

Di saat kita nikmati kebersamaan
Banyak hal terlewatkan begitu saja
Keceriaan, gelak-tawa serta canda ria
Semuanya mengalir begitu saja

Waktu yang tersedia
Seolah tak mampu untuk menampungnya
Begitu cepat berlalu
Berlari seolah tak mau berhenti

Kenangan-kenangan itu tak terasa
Pergi meninggalkan semua kegembiraan
Keceriaan, gelak tawa serta canda ria
Satu persatu kenangan itu hilang sekejap mata
Ada sederet senyum saat terlintas memory yang dulu kala

Kenapa kegembiraan itu harus pergi?
Tidak searah dengan langkah kaki?
Kapan ini semua bisa terulang kembali?
Akankah kita tidak akan pernah bertemu lagi?

Sahabat…
Semua yang pernah kita jalani
Hari demi hari, waktu demi waktu
Tatkala kita lalui semuanya bersama


Banyak hal yang pernah terjadi
Karena itulah liturgi hidup yang kita miliki
Kadang benci, kesal dan kecewa
Juga senang, hormat dan sayang

Sungguh luar biasa apa yang telah kita lalui bersama
Inikah pemberian tak ternilai dari Sang Kuasa?
Yang sering kali tak pernah kita syukuri adanya

Ya Allah…
Lindungilah mereka yang kucinta.

Oleh : Fathul Wafie

Read More...

Sepi Bukan Untukku…

Sahabat..,
Tidakkah kau tahu,,,
Aku terlalu sunyi,,
Perasaan ini begitu menyiksakan,,
Bertemankan sepi dan Hening malam,,
Berjauhan denganmu bukan kehendakku,,,

Tidakkah kau tahu,,,
Teriakku memanggil mu,,
Kesepian ini membuat aku pilu,,,
Betapa aku merinduimu,,
Ingin mendengar suaramu walau sekejap,,
Cuma cukup mengobati laraku,,,

Saat terbenam matahari,,
Hingga terbit fajar,,
Perasaan ku tidak puas,,,
Mimpi indahku tak datang,,
Resah dan gelisah membalut hiba,,
Aku tak dapat tidur,,,
Seperti mereka yang kedamaian,,


Sepi itu indah,,,
Tapi bukan untukku,,,
Karena senyap sunyi itulah,,,
Telah membunuh ku,,,
Telah membunuh ku,,,
Telah membunuh ku,,,

Kini sepi tak lagi untukku
Karena memang sepi bukan untukku
Fajar merekah
Beri kilau kedamaian jiwa

Terulur tangan nan kekar
Menuntun dalam bimbang
Tuk keluar dari sepiku
Karena memang sepi bukan untukku…..

Oleh : Yeti

Read More...

Buat Sahabat Yang Lagi Resah

Apa lantas hendak kau salahkan gelombang,
Jika dermaga yang kau tuju
Tak ingin kau singgahi..

Apa hendak kau maki rasa hati,
Yang berharap mawar
Tapi duri yang kau dapati..

Tak usah juga kau tangisi
Setiap masa manis berhujan puisi
Tapi kemudian bermandi caci

Cinta bukanlah pesta kembang api
Warna-warni indah membuncah langit
Memecah sunyi
Tapi hanya hitungan detik
Lalu sepi kembali temani

Percayalah..
Cinta kan selalu senantiasa hadir
Untuk yang mau mengerti

Read More...

Cubit Tanpa Asmara

Terukirkan batu…pualam…
Berceritakan…burung terbang…
Seperti….aku melayang dalam sangkar
Sebatas rendah saja aku bertengger

Dahan kayu yang terpotong tanpa cabang
Di sana aku bersimpuh lelah
Tak bisa keluar dari jerembabnya fana
Terkekang tanpa daya…
Amarah pun seraya sirna tanpa seberkas kata

Begitu lenyaplah sudah yang bersemayam di hati…
Tanpa cinta lagi
Aku bernafas…
Tanpa hingar bingar dunia lagi
Aku…menatap lemas
Tanpa berkelana jauh
Aku mencari…
Tak tersisa sekedar puing saja
Haus akan isyarat cinta yang gersang…

Berapa kilo harus didaki tanpa tali…
Melewati tebing curam ditelan oleh panasnya mentari…
Seberapa aku harus percaya pada…bisik cinta…
Yang aku tahu hanya sekedar dusta…

Tak bisa ku lihat…bagian belakang dari kepalaku…
Tak bisa ku julurkan satu tangan untuk melingkar di perutku…
Kedua mataku tak bisa melirik yang ada di lain tempat…
Kecuali sebatas pandanganku…

Hanya yakinku padamu…
Hanya kepekaan dalam batinku…
Hanya rindang dan subur cinta…bersemayam
Tapi aku tak memilikinya lagi…
Lenyap sudah yang ku genggam
Menembus sangkar…
Sangkar ini…membentengiku…
Tak kan bisa kuraih lagi

Oleh : chemistry_cherryblassom

Read More...

Setetes Air Mata

tanpa kusadari
air mataku meneteskan asa
cinta ini memang misteri
tak satupun yang menerti
kcuali, gumpalan hati yang suci
ah... kataku
kutatap atap langitMu
yang mengurung cakrawala
tanpa batas laksana swasa
duh gusti.....
aku nggak ngerti kemana..?
harus kemana kudapati
tembok mengurungku , dan menhimpit
sesak,...dan pengap....
degup jantung kian mengeras dan cepat
secepat hari berganti waktu
waktu berganti tahun
pusing ......

Read More...

Kekasih Rinduku

wahai malam..........
jangan kau redupkan sinar dihatinya
tuk slalu menjadi cahaya cinta dihatiku
ungkap segala gundah dan resah dalam jiwa
mekarkan bunga-bunga kerinduan dalam asmara

wahai sepi.........
jangan kau sembunyikan cintanya dariku
karna yang kuharap besar sayangnya kepadaku
bangunkan rindu yang resah dalam kalbu
usik lamunan di gelap asa yang tak mengaku

wahai dingin........
jangan kau bekukan kerinduan di antara kami
karna dia slalu hadir dalam mimpi-mimpi
getarkan dawai-dawai cinta dalam hati
nyanyikan desir angin di tiap sudut sepi

wahai kekasih......
berikan aku setangkai kelembutan jiwa
tuk mampu ungkap tirai-tirai asa tersisa
sampaikan ungkap jiwa dalam relung-relung rindu
kepadamu..........
wahai kekasih rinduku.......

Read More...

Taman Cinta

Aku ingin mengajakmu berjalan-jalan
di atas taman yang indah ini.
Lihatlah hangatnya mentari sore
mengintip di balik tirai mega.

Benarlah ungkapan bahwa alam ini diciptakannya
bagi kita yang hidup di dunia.
Dua insan yang mabuk anggur cinta
melihatmu titisan sukma dewa asmara.

Letupan gelora birahi membakar jagat semesta.
Samudera tertinggi badai sunaminya.
Dan aku adalah penguasa lautan itu.
Mabuk di samudera alkohol cinta
menciptakan pandangan
yang indah mempesona.

Read More...

Menjelma Puisi

Bertemu denganmu
sirnalah rasa sedih yang menggantung di tiang hari
rasa cemas telah berlalu kemarin
dan ia tidaklah abadi.

Dalam puisi aku mengajakmu ke taman yang indah
menu istimewa dan dahaga yang terlena
rasa cinta adalah obat yang istimewa
engkau di sana adalah dekat di jiwa

Read More...

Cinta

Aku ingin melihat matamu yang indah
simfoni nan syahdu
mengalun melalui lorong hatiku
sukma gemulai mengikuti irama jiwa
segala cerita hanyalah sejahtera
bagi anak bangsanya.

Aku ingin melihat matamu yang indah
sebuah telaga bening yang sejuk airnya
tempat bermain dan berenang-renang
lumut dan batu-batu adalah pembersih jiwa
aroma semesta adalah bunga
yang ada di dalam hati.

Aku ingin melihat matamu yang indah
tempat bersemayam para leluhur yang perkasa
para penakluk serigala durjana
semua kejahatan tunduk bertekuk lutut
dan tak berdaya

Read More...

Tentang Wanita

Di ujung malam kali ini
aku siapkan sebuah anak panah
yang aku rampas dari sang cupid
dan siap aku bidikkan pada seseorang yang disana

seseorang yang telah mengisi ruangan hatiku
seseorang yang telah membuatku maju
seseorang yang selalu aku rindu
seseorang yang telah membantuku

Malam ini kian larut dalam keheningan
dan hawa dingin menyusup ke tulang
setelah senja tadi bermandikan hujan
aku tetap saja menghiasi langit hatiku
dengan sebuah warna dari birunya rindu

duhai wanita yang berhati mulia
ijinkan aku tuk memiliki cintamu
yang akan aku abadikan diatas singgasanaku
reguklah anggur cinta yang kubawa untukmu
yang aku tuang dari cawan kesetiaanku

Read More...

Saturday, March 21, 2009

Poem

Rindu Dalam SMS Yang Gagal Terkirim

wajah dan suaramu
tiba
antara
suara berkejaran di loteng kamar
dan listrik mati
pada jam 12 malam!

Read More...

Poem

Rindu Dalam SMS Yang Gagal Terkirim

wajah dan suaramu
tiba
antara
suara berkejaran di loteng kamar
dan listrik mati
pada jam 12 malam!

Read More...

Sunday, March 15, 2009

masih ada-ada saja :)

Puisi Saya Diambil Diam-diam

melanjutkan tulisan saya sebelumnya: PUISI SAYA DITIRU? yang dimuat di buku kumpulan puisi iyut firta "dongeng=dongeng tua" (baca di http://www.facebook.com/notes.php?id=594592097). maka inilah hasil 'ngoyak maling':

(SMS dari Fadhila Ramadhona)

bknx menganggap
entg mslh ini. tp la
sdri bngung hrus
mlkukan apa. la
mrs g pnh ngrm
puisi itu ke kyt*. sjk
kul di bdg la sgt jrg
komnksi dg kyt
aplg pake puisi
sms.
(krn la agak kcwa
dg kyt aplg stlh acr
temu pnyair 5kota)
&la g pny bukt atw
alsn y kuat kl itu
bkn la y
ngrm. sdgkn jeks2
sms mu itu ada di
hp la.
Nb: mw mngrim
sms ini pd y
lain, kalmat y dlm
kurung jgn
difoward jg. jg nanti
mlah bkmbang
kmn2.

pengirim:
Dila
+62852636060XX
dikirim:
09:30:28
12.03.2009

*kyt= kuyut. panggilan buat iyut fitra.

kemudian selepas jum'atan iyut fitra menelpon saya (13maret2009). isinya lebih kurang menanyakan kasus ini, dan iyut bilang, bahwa bait puisi yang ditulis dalam tanda kurung itu, telah dia minta izin dulu sebelumnya kepada pemiliknya, dan pemiliknya mengijinkannya (sebagaimana pengakuan heru jp di houtsmix saya di blog saya:http://langit-puisi.blogspot.com/ yang namanya juga ditulis dalam puisi bermasalah itu).
beberapa saat kemudian iyut meng-SMS saya:

besok kyt
lounching buku tsb
di stsi
padangpanjang.
kalau ada waktu
datanglah. kyt
akan umumkan
bahwa puisi tsb
adalah karya
tendra dan bukan
karya dilla. apakah
tendra setuju?

pengirim:
Iyut Fitra
+62852747112XX

karena sudah acara lain, saya tidak bisa menghadiri undangan iyut tersebut. tetapi saya menghargai sikap iyut tersebut, yang tanpa saya hubungi, menghubungi saya.
Esoknya, iyut mengumumkan mengenai puisi bermaslah tersebut. ini saya ketahui dari sms romi zarman, yang saat itu menghadiri acara launching buku dongeng-dongeng masa tua di stsi padang panjang. sekali lagi saya menghargai sikap iyut.

akan tetapi hingga saat saya menulis catatan ini, Fadhila Ramadhona, belum juga mau melakukan 'pernyataan' kepada publik. entah karena malu, atawa pura-pura tidak mau tahu. itu masalah dia!

Pembaca yang baik dan tidak baik.
persoalan dari kasus ini, bukan sekedar curi-mencuri saja. namun bagaimana pragmatisme telah merasuki dunia sastra indonesia. pragmatisme yang merupakan antek-antek kapitalisme global. penghargaan terhadap sebuah karya sastra cuma OMONG KOSONG YANG INDAH! koncoisme dan birahisme sastra!

kalau pun saya pernah mengirim puisi tersebut kepada dila lewat sms, itu sama halnya dengan meng-tag teman di fb. silahkan baca dan komentari. tak ada tujuan apa2 selain proses kreatif. lagi pula, setiap kali saya mengirim puisi sms kepada teman, saya telah mengarsipkannya terlebih dahulu.

lalu kenapa kita menulis? kenapa kita menulis?
untuk kehidupankah atau popularitas?

inilah satu contoh kasus 'sastra sinetron'!
sastra pesta melulu!


haha....

Read More...

masih ada-ada saja :)

Puisi Saya Diambil Diam-diam

melanjutkan tulisan saya sebelumnya: PUISI SAYA DITIRU? yang dimuat di buku kumpulan puisi iyut firta "dongeng=dongeng tua" (baca di http://www.facebook.com/notes.php?id=594592097). maka inilah hasil 'ngoyak maling':

(SMS dari Fadhila Ramadhona)

bknx menganggap
entg mslh ini. tp la
sdri bngung hrus
mlkukan apa. la
mrs g pnh ngrm
puisi itu ke kyt*. sjk
kul di bdg la sgt jrg
komnksi dg kyt
aplg pake puisi
sms.
(krn la agak kcwa
dg kyt aplg stlh acr
temu pnyair 5kota)
&la g pny bukt atw
alsn y kuat kl itu
bkn la y
ngrm. sdgkn jeks2
sms mu itu ada di
hp la.
Nb: mw mngrim
sms ini pd y
lain, kalmat y dlm
kurung jgn
difoward jg. jg nanti
mlah bkmbang
kmn2.

pengirim:
Dila
+62852636060XX
dikirim:
09:30:28
12.03.2009

*kyt= kuyut. panggilan buat iyut fitra.

kemudian selepas jum'atan iyut fitra menelpon saya (13maret2009). isinya lebih kurang menanyakan kasus ini, dan iyut bilang, bahwa bait puisi yang ditulis dalam tanda kurung itu, telah dia minta izin dulu sebelumnya kepada pemiliknya, dan pemiliknya mengijinkannya (sebagaimana pengakuan heru jp di houtsmix saya di blog saya:http://langit-puisi.blogspot.com/ yang namanya juga ditulis dalam puisi bermasalah itu).
beberapa saat kemudian iyut meng-SMS saya:

besok kyt
lounching buku tsb
di stsi
padangpanjang.
kalau ada waktu
datanglah. kyt
akan umumkan
bahwa puisi tsb
adalah karya
tendra dan bukan
karya dilla. apakah
tendra setuju?

pengirim:
Iyut Fitra
+62852747112XX

karena sudah acara lain, saya tidak bisa menghadiri undangan iyut tersebut. tetapi saya menghargai sikap iyut tersebut, yang tanpa saya hubungi, menghubungi saya.
Esoknya, iyut mengumumkan mengenai puisi bermaslah tersebut. ini saya ketahui dari sms romi zarman, yang saat itu menghadiri acara launching buku dongeng-dongeng masa tua di stsi padang panjang. sekali lagi saya menghargai sikap iyut.

akan tetapi hingga saat saya menulis catatan ini, Fadhila Ramadhona, belum juga mau melakukan 'pernyataan' kepada publik. entah karena malu, atawa pura-pura tidak mau tahu. itu masalah dia!

Pembaca yang baik dan tidak baik.
persoalan dari kasus ini, bukan sekedar curi-mencuri saja. namun bagaimana pragmatisme telah merasuki dunia sastra indonesia. pragmatisme yang merupakan antek-antek kapitalisme global. penghargaan terhadap sebuah karya sastra cuma OMONG KOSONG YANG INDAH! koncoisme dan birahisme sastra!

kalau pun saya pernah mengirim puisi tersebut kepada dila lewat sms, itu sama halnya dengan meng-tag teman di fb. silahkan baca dan komentari. tak ada tujuan apa2 selain proses kreatif. lagi pula, setiap kali saya mengirim puisi sms kepada teman, saya telah mengarsipkannya terlebih dahulu.

lalu kenapa kita menulis? kenapa kita menulis?
untuk kehidupankah atau popularitas?

inilah satu contoh kasus 'sastra sinetron'!
sastra pesta melulu!


haha....

Read More...

Wednesday, March 4, 2009

Kalau Aku Kehilangan Judul Sajak Ini, Aku Tahu Kaulah yang Mencuri

LIHAT, betapa lihainya kami saling mencuri.

Sajak ini tadinya kutulis karena aku ingin
memakai kata "maling". Aku tak ingin membuka
kamus (besar atau kecil, lengkap atau tak
lengkap) untuk memastikan apa arti kata itu.

Di folder PUISI di laptopku, kucari sajak-sajak
lama di mana kata itu hadir. Hei, aku bertemu
kamu di beberapa sajakku itu. Aku kira kau
sedang mencuri beberapa kata dari sana. Aku
menemukan kata-kata yang kau curi itu di sajakmu,
tapi, aku tak pernah punya bukti bahwa kau memang
telah mencurinya dari sajakku. Aku tak kehilangan
apa-apa. Aku tak rugi, meski aku tahu pasti kau
mencuri beberapa kata dari beberapa sajakku.

Diam-diam, aku berharap kau juga telah tahu
bahwa, aku juga sering menyelinap ke sajakmu
dan mencuri beberapa kata untuk sajak-sajakku.

Sajak ini, tadinya ingin kuberi judul dengan
kata "maling", misalnya Betapa Malingnya
Penyair Besar, Betapa Malangnya Penyair Kecil
,
tapi ah, anggap saja aku kehilangan judul sajakku
ini, dan aku tahu kaulah yang mencuri.





Read More...

Kau Beri Judulnya, Aku Tulis Sajaknya

KITA tak pernah peduli pada surat Penyair Besar
kepada Penyair Muda itu. Maka, kita pun terus
bertukar sajak cinta (dan akhirnya demikianlah:
sajak menjadi alasan dan jalan kita bercinta)

"Maukah kau menyajakkan (lagi) Mataku?" katamu.

Aku pun masuk ke matamu, dan di sebuah tempat
(seperti teluk pantai teduhnya), aku direbut
ombak. Mungkin saat itu kau sedang memejam
(aku seperti melayari malam), ketika itulah
kutemukan sebait yang kuyakini sebagai sajak:

Matamu lampu mercu, menyuar lelaki pelayar,
kau tak melihatku, aku menatapi dengan rindu.

"Hmmm, sekarang, sajakkanlah dadaku," pintamu.

Ah, betapa ingin dan alangkah takut aku menulis
sajak tentang bagian tubuh dari mana kelak kau
dipanggil Mama oleh anak-anak kita itu.

Banyak penyair di luar percintaan kita, menulis
dadadara kekasih mereka itu dengan berbagai
metafora, tapi aku (dalam bait sajak yang kutulis
setelah kau pinta itu) menjadikannya metafora,
(sebenarnya itu sajak paling gairah yang tak
pernah ingin kuselesaikan, selamanya...)

"Inilah sajak yang paling dada. Biar aku saja
yang menyimpannya, dan biar kuberitahu judul
apa yang aku ingin kau berikan pada sajak itu.
Judul sajak cinta ini paling tepat diletakkan di
dada bukan di kepala
," katamu, mendekap sajakku.

Demikianlah, kita punya alasan yang kuat dan jalan
yang panjang untuk bercinta. Setiap kali menulis
sajak, aku seperti membaca dadamu, aku seperti
sedang menambahkan bait-bait baru pada sajak
tentang dadamu di dadadaramu itu.



Read More...

Semua Kata di Sajak Ini Ingin Kuanggap Sebagai
Judul dan Sekalian Juga Isi, sebab Judul dan
Isi Sejak Kapan Mereka dengan Kejam Dipisahkan?



"HUJAN itu puisi kita, bukan?" katamu pada suatu
hujan. "Ya," kataku, "dan kita tak pernah peduli
apa judulnya." Kita baca sehuruf-sehuruf rintik
hingga basah bait terakhir habis dibasuhkan....

Aku mau kelak anak-anak kita, dan anak-anak anak
kita, mengenang kita sebagai sepasang puisi juga.

Aku mau mereka membaca betapa basah kita berdua,
sebab hujan cinta tak pernah reda di hari-hari
hidup kita. Hujan kita, cinta kita seperti juga
kita, adalah Sajak yang Tak Lagi Peduli Mana
Judul dan Mana Isi
, seperti judul dan isi sajak ini.




Read More...

FIKSIMINI - Jam dan Kalender

KALENDER itu berusaha merontok-rontokkan angka-angka tanggal dan nama-nama hari pada bulan-bulannya. Tapi, tak ada yang terlepas. Semua tetap terbaca, berurutan, satu hingga 28, 30 atau 31. "Ha ha ha. Sia-sia saja, Kawan," kata Jam di dinding itu.

Sejak itu, Kalender itu tak mau berusaha melepaskan diri dari angka tanggal dan nama hari yang melekat padanya (Sia-sia saja, kawan....). Abadi, seakan.

Jam itu pun tak pernah bicara apa-apa lagi. Ia seakan menyesali kata-katanya kepada Kalender itu (Sia-sia saja, Kawan....). Jam itu kini sadar, dengan atau tanpa angka padanya, ia tak pernah bisa mempercepat atau memperlambat tik tak tik taknya sendiri. Suara detik itu dengan seksama disimak oleh si Kalender itu. Kalender itu merasa seperti ada yang ikut berdetak pada angka-angka tanggal dan nama-nama hari bersama detak detik itu.



Read More...

Nanti Aku akan Singgah di Kafemu

: Solopuccino


DAN lekas memohon untuk segelas kopi
yang segera kubayangkan jadi puisi:
hitam matang serbuk keping-keping biji,
manis yang tak bisa dicicipi oleh
serat batang tebu - yakinkan di ujung
syaraf lidah kita - dan hangat kepul uap
pada ketel itu (siapa yang larut pada
apa, sebenarnya?)

Aku akan bayangkan, kopi yang kau sajikan
mengambil hitamnya dari langit malam,
menciptakan kepul uap dari hangat igauan

dan manis itu? Ia kristal yang tak berdaya
pada takaran, bahkan pun bila ditiadakan!

Ya, nanti aku akan singgah di kafemu itu
dan lekas meminta hangat perbincangan:
Mungkin tentang kaos yang kau kenakan,
Semar dan Mister Bean (siapa bicara
dalam bahasa apa, sebenarnya?)




Read More...