Cinta senantiasa menghiasi kehidupan. Setiap manusia pasti memiliki cinta. Berangkat dari cinta, manusia bisa belajar menyayangi dan memiliki rasa rindu terhadap cinta yang ia miliki. Inilah yang memacu seseorang untuk kemudian menciptakan puisi rindu, yang sengaja diungkapkan untuk orang yang dicintainya.
Puisi Rindu I
rindu adalah keresahan hati
mengganggu pikir jiwa
menciptakan jati diri yang lemah
seperti dunia ini hampa
bila tanpa orang yang dicintai
(Moenthe Carlo)
Begitu dalam makna puisi rindu yang diciptakan Carlo. Tergambar kepedihan jiwa, tanpa kehadiran orang yang dicintainya. Ia merasa lemah tanpanya. Pastinya, akan menjadi kuat jiwa seseorang dengan kehadiran seseorang yang dicintainya. Pantas saja jika kemudian, ada pepatah yang mengatakan : di balik laki-laki yang hebat, ada wanita yang besar. Tidak berlebihan jika kemudian Barrack Obama dalam pidato pengangkatan dirinya sebagai Presiden Amerika menyebutkan sosok yang membuatnya menjadi seorang laki laki seperti sekarang ini adalah ISTRINYA, MICHELE OBAMA.
Puisi Rindu II
akan ke manakah angin melayang
tatkala turun senja nan muram
pada siapa lagu kuangankan
kelam dalam kabut rindu tertahan
datanglah engkau berbaring di sisiku
turun dan berbisik tepat di sampingku
belenggulah seluruh tubuh dan sukmaku
kuingin menjerit dalam pelukanmu
akan kemanakah berarak awan
bagi siapa mata kupejamkan
pecah bulan dalam ombak lautan
dahan-dahan di hati berguguran
(Emha Ainun Nadjib)
Puisi rindu karya Emha ini juga tidak kalah mengharukan. Betapa ia begitu mengharap hadirnya sang kekasih disisinya. Penyair yang telah melahirkan lebih kurang 25 antologi puisi yang berisi sekitar 800 judul puisi ini memang pernah berpendapat, jika seseorang ingin menghadirkan suatu karya, ia harus meyakinkan diri bahwa salah satu penikmatnya adalah dirinya sendiri. Dan jadilah orang banyak. Artinya, pada saat yang bersamaan, agar karya bisa dinikmati oleh orang banyak, ia juga harus rela untuk menjadi siapa saja. Tentu saja ilustrasi tersebut tidak mengatakan bahwa Emha cukup sukses mengatasi persoalan tersebut. Tetapi paling tidak untuk perspektif linguistis, karyanya memang memiliki "kelebihan" tertentu; dengan bahasanya yang padat, lugas, rileks, nakal, imajinatif, dan cerdas.
Puisi Rindu III
rindu adalah tali yang tak pernah putus
merentang di tiang hati, di tiang mimpi
kadangkala di singgahi burung yang mengelakkan kabut
pada pagi dingin yang mengaburkan sinar matahari
rindu adalah tiang yang tak pernah tumbang
tegak dilorong kehidupan, disepanjang labuh usia
disitu tergantung lampu kenangan dan ingatan
biarpun hari semakin tua dan kelam sudah bermula
rindu adalah lorong yang tak pernah tertutup
dari musim ke musim ia menjadi laluan
pengembara yang mencari cintanya yang hilang
disitu rumput yang telah lama bertukar warna
bunga dan daun silih berganti segar dan kuncup
rindu adalah musim yang tak pernah tentram
resah datang gelisah berulang mengusik nasib
hanya dzikir dan do'a menjadi penawar mereda pedih dan sakit
dan sesekali puisi menjadi nyanyian yang mengharukan
dalam senyap air mata perlahan-lahan menitik
(Nurasiyah dan Imat R.)
Puisi rindu yang dibuat oleh penyair baru di atas juga memiliki makna mendalam. Bagaimana rindu membuat hidup menjadi tidak tentram. Hingga penyair memiliki penawar untuk dirinya dan siapa saja yang sedang dilanda rindu, yaitu dengan memperbanyak dzikir dan do'a.
No comments:
Post a Comment