mencoba saja

Saturday, April 17, 2010

Puisi Ulang Tahun

Hari ulang tahun, seringkali menjadi momen special bagi yang merayakannya. Setidaknya, pada usia yang semakin bertambah, kita diharapkan merenungi capaian apa saja yang sudah kita capai. Bukan untuk kesenangan semata, dengan menyediakan kue tart dan lilin sejumlah usia, namun lebih dari itu, ulang tahun diharapkan kita semakin dewasa, dan sisa usia yang kita jalani lebih berkah. Harapan-harapan itulah yang seringkali dikemas dalam puisi ulang tahun.

Puisi ulang tahun I

Selamat Ulang Tahun

Dalam suka mulut tertawa

Dalam duka mata berkaca

Dalam kaku pikir terpaku

Dalam waktu langkah satu-satu

Ada batu semangat tak mati kutu

Ada lubang jati diri tak hilang

Terseok-seok menyusur jalan berkelok-kelok

Jatuh bangun namun tetap tekun

Demi masa depan

Demi kesejahteraan

Demi kebahagiaan

Demi Tuhan, teruslah berjuang

Pada puisi ulang tahun di atas, ada doa dan pengharapan untuk kebahagiaan dan kesejahteraan di masa depan. Tidak bisa dipungkiri, setiap kita pastinya jatuh bangun dalam meraih tujuan. Namun, puisi ini menyemangati kita untuk terus berjuang.

Puisi Ulang Tahun II

April adalah Engkau ~ Daeng Nuntung

bagai kepak sayap burung pulang

perkasa di selasar bintang,

laksana camar menjelajah riang

selami laut penuh tawa

waktupun betah berlabuh: menunggumu di bulan april

kuharap, engkau belumlah petang merah jingga di detik menit

yang hanya duduk membatu menatap

dentang usia

engkau sejatinya adalah pelukis masa dan kisah

bagai senyum berpendar dengan beribu kunang kunang

hingga malam tak lagi gulita

selamat ultah, partner !


Dalam puisi ulang tahun ini ada makna mendalam yang terpendam. Kita diingatkan untuk tidak berdiam terpaku menjalani hari-hari begitu saja. Bahwa kita sesungguhnya adalah pelukis kisah diri kita. Seperti apa coretan warna yang akan menghiasi hidup kita, sesungguhnya kitalah yang paling berperan dalam hal ini.

Puisi Ulang Tahun #5 ~ Mulia Arif

Datang sudah hari ini,

Hari dimana dulu aku dilahirkan

Hari dimana orang tertawa sekaligus haru

Menjelang perkenalanku dengan dunia ini

Hari ini aku mengenang kembali

Kerikil-kerikil tajam yang memperkaya arti hidupku

Manisnya madu cerita hidup yang membuat senyumku lepas...

Akhirnya aku tahu

Bahwa dalam cerita hidup, ada manis ada pahit

Ada juga penolakan, ada penerimaan

Lalu akhirnya aku belajar,

Menerima dengan seluas hatiku

Membuatku lebih bahagia, lebih menghargai hidup

Melihat hidup sesuai dengan usiaku...


MA, Jkt Tuesday, 9 Sept 08 (9 Ramadhan), 08.06 Met ultah pemimpin favoritku!

Dalam puisi ulang tahun di atas, penyair mengaku belajar dari kehidupan. Bahwa hidup tidak selalu mulus adanya. Diungkapkan manis getirnya hidup. Tidak hanya ada penerimaan, namun juga penolakan terhadap diri atau sesuatu yang kita lakukan. Namun dengan menerima segala sesuatu dengan bijak, maka kita lebih menghargai hidup.




No comments:

Post a Comment