mencoba saja

Thursday, February 18, 2010

Sajak yang Cengeng

"TULISKANLAH aku," kata sebuah sajak yang cengeng
kepadanya, dia yang tak tahu kenapa disebut penyair.

"Kemarilah," katanya, pada sajak itu. Ia memasuki
kata-kata di sajak itu ke dalam hatinya. Ia mencoba
mengucap kalimat-kalimat sajak itu setakzim-takzimnya.

Ia tak mencoba menangis, tapi ada yang mengalir entah
dari bagian mana di sajak itu, terjun deras ke matanya.

*

"Tuliskanlah aku," kata sebuah sajak yang cengeng
kepadanya, dia yang tak tahu kenapa yang selama ini ia
tulis - sebagai tafsir atas tangis - itu disebut sajak.

Ia, sebenarnya telah lama berada dalam sajak cengeng itu,
ia, di bait-bait itu, terbiasa menertawakan kesedihan,
menangisi kegembiraan, dan menyembunyikan kecengengan.

"Tawa itu, sebenarnya, adalah tangis yang disamarkan,"
ia mengutip sebuah ayat yang tak sempat diwahyukan.




No comments:

Post a Comment