mencoba saja

Tuesday, February 1, 2005

Airmata Membasahi Bumi Aceh

Sajak-sajak Juniarso Ridwan

Airmata Membasahi Bumi Aceh

Tsunami

kita tahu, bencana tak pernah direncanakan,
seperti musuh yang datang tiba-tiba,
tapi sesungguhnya alam telah memberi tanda-tanda;
dan manusia terlalu sibuk dengan urusannya sendiri.

alam telah mempertontonkan keperkasaannya,
bumi yang diinjak bergetar,
tiba-tiba air laut bernyurut:
ikan-ikan menggelepar di hamparan pasir,
daratan seperti mengejar laut,
anak-anak dengan riang berhamburan,
para nelayan bertanya-tanya,apakah laut tengah menyapa?

dalam hitungan menit, laut bergolak,
ombak telah menjelma tembok raksasa,
menderu dengan warna kelabu,
menerjang apa saja yang menghalangi;

Meulaboh, Banda Aceh, Pidie, Sabang, Aceh besar dan
daerah pesisir lainnya porak-poranda dilindas gelombang pasang:
ada yang kehilangan anaknya,
ada yang kehilangan ayahnya,
yang kehilangan ibunya,
ada yang kehilangan saudaranya,
ada yang kehilangan rumahnya,
ada yang kehilangan semuanya.

airmata telah membasahi bumi Aceh.
setelah tiga jam kesunyian menyelinap jalan-jalan berlumpur,kemudian disusul tangisan menghunjam kampung halaman.

1 Januari 2005.

*****

Setelah Laut Itu Murka

pagi yang kuning, minggu menunggu;
sarapan nasi goreng di atas meja,

ayah baca koran di ruang tamu,
ibu membereskan tempat tidur,
si kecil terlena menonton film kartun,
aku lari pagi mengelilingi kampung. teman dan saudaraku
menghirup angin desember,
menyongsong hari panjang di akhir bulan.

burung camar menghias langit,
kehangatan matahari, seperti juga kemarin,

tak ada yang menduga:
getaran tanah menjalar tiba-tiba,
air laut menghantam bagaikan gunung roboh,
merebut kehidupan penuh paksa;

semua sunyi,
semua gelap.

1 Januari 2005

*****

Petani di Pulau Aceh

membalik tanah, mencari gembur nasib,
mengangkat cangkul, mengelus padi,
menabur luka di sepanjang hari;
mengejar masa lalu,
melupakan esok yang temaram,
sambil membasuh kaki di air payau.

setelah suara-suara burung lenyap,
setelah menghitung derita yang lewat,
laut tak memperdengarkan rayuannya;

yang menghadang adalah kegelapan sempurna,
semuanya menjadi sirna.

yang tersisa hanya jejak luka yang membisu,
dalam hembusan angin yang sekejap.

Januari 2005.

*****
Doa Seorang Anak di Tengah Badai Tsunami

Banda Aceh, 26 Desember 2004.

Tuhanku, dalam cemas aku bersimpuh di hadapan-Mu,
saat matahari hangat menyelimuti bumi,
saat keluargaku bersiap menyongsong hari yang cerah,
Kau kirim bencana itu menerpa kampung halamanku.

Kau renggut kebahagiaan dari sisiku,
Kau hilangkan seluruh keluargaku,
Kau musnahkan rumah dan harta ayah-ibuku,
Kau wafatkan teman-teman sepermainanku,
Tuhanku, dalam derita aku bertanya kepada-Mu:
- siapakah yang telah berbuat ingkar kepada-Mu?
- siapakah yang telah berbuat dosa kepada sesamanya?
lalu tiba-tiba Kau kirimkan azab itu.

Tuhanku, dalam kepapaan aku bersujud di hadapan-Mu,
janganlah ujian itu terlalu berat ditanggung makhluk-Mu,
sebab kami insan yang tak berdaya tanpa pertolongan-Mu,
kami insan yang lemah di hadapan keperkasaan-Mu;
Tuhanku, lindungilah aku dari segala bencana ini,
tunjukkan kepadaku jalan yang bisa menyelamatkanku.

Tuhanku, dalam kesendirian ini,
lalu siapakah yang akan menyapaku?
yang akan membimbingku?
yang akan membesarkanku?
yang akan menyekolahkanku?

Tuhanku, adakah orang yang mendengar doaku ini?

2 Januari 2005

*****

1 comment:

Anonymous said...

10 tahun ini akan terlewati
lentik jari kecil kami telah membesar
urung niat untuk kembali ketanah terkena tsunami 2004

namun kam9i takkan pernah lupa akan kejadian yang mengajar kami untuk dekat ketuhan
saudara kami dan rekan yang ,merasa telah membantu kami dengan niat dari hati nurani walau sam[pai saat ini bantuan tersebut tak kami cicipi
tak apalah,
tapi apakah kami tak bisa lagi mencari nafkah di negeri ini?
sehingga kami pergi kemanapun selalu terusik dengan berbagai hal,
untuk saudara kami yang telajh mati damailah dalam pelukan ratusan ribu mayat lainnyya terkubur masal
sementara biarkan kami dengan berbagai alaibi si opencuri tak pernah habis untuk mengkebiri si korban ini.

Post a Comment