mencoba saja

Monday, March 15, 2010

[Mempergunjingkan Chairil # 03] Begini Caranya Dia Menyadur

PADA Februari 1954, lima tahun setelah kematian Chairil, sebuah surat pembaca terbit di majalah "Siasat". Isinya membandingkan sajak "The Young Dead Soldiers" karya Archibald McLeish dan "Krawang-Bekasi" karya Chairil Anwar (yang oleh G.S. Kumajas - si pengirim surat yang hingga kini tak jelas siapa orangnya - disebut berjudul "Kenang-kenanglah Kami").



Sajak McLeish ditemukan oleh Kumajas di majalah "Reader Digest" edisi September 1945. Chairil menulis "Krawang-Bekasi" tahun 1948, dan terbit pada tahun yang sama di "Mimbar Indonesia".

"Waktu saya membaca sajak ini, maka tergoncanglah kepercayaanku pada Chairil. Betapa banyak persamaan - untuk tidak mengatakan hampir sama samasekali - ..." kata Kumajas.

Ihwal ini, segera ramai bahkan jadi polemik panjang tidak hanya di Siasat, tapi jgua di koran-koran lain. Siasat sendiri menghentikan polemik itu pada bulan Mei - setelah tiga bulan lamanya jadi topik hangat.

Pada kesempatan pertama Asrul Sani, langsung menjawab surat pembaca itu. "Bahan penguji yang diberikan oleh Saudara Kumajas memang mengagetkan karena kemiripannya yang agak besar," kata Asrul. Tapi ia menyimpulkan, "..bagi saya ini bukanlah tiruan yang sadar." Ada beberapa alasan Asrul - yang mengenal Chairil secara pribadi - hingga sampai kepada kesimpulan itu.

1. Chairil mempunyai ingatan yang tajam sekali terhadap kalimat-kalimat yang ia temui dalam sajak. Sering ia menyitir kalimat dan sering ia tidak tahu lagi di mana ia baca.

2. Jika Chairil membaca sajak, sering ia memakai pinsil. Demikian kita lihat di samping sajak-sajak bahasa asing yang ia baca, terjemahan dari beberapa patah kata; kadang-kadang bukan terjemahan, tapi catatan. Catatan yang kemudian mungkin timbul lagi dalam sajaknya sendiri.

3. McLeish menulis sajaknya dalam "persoon ketiga", sedangkan Chairil dalam "persoon pertama".
 "Perbedaan ini dalam puisi tidak boleh dianggap kecil karena banyak hubungannya dengan keakraban perasaan yang tersimpan dalam sajak itu," kata Asrul.

Mari kita bandingkan sendiri, untuk kita petik pelajaran bagi kita sendiri. Baca kedua sajak itu di sini dan di sini. [] 



No comments:

Post a Comment