mencoba saja

Wednesday, March 31, 2010

Seseorang yang Meloncat dari Gedung Tepat di Lantai 25

Karena Dia sangat percaya bahwa mati manusia telah ditentukan kapan dan dia merasa yakin sekarang bukan saatnya dia mati, maka Dia pun melompat dari gedung, tepat dari lantai 25. Seorang Perempuan Tua yang kelihatannya adalah ibunya, yang kebetulan bersama Dia tidak menunjukkan rasa panik atau gelisah sama sekali.

Akan tetapi Satpam gedung itu mendadak panik tapi segera bertindak layaknya tugas yang diembannya. Tak lama kemudian para polisi pun tiba. Keanehan terjadi, tidak ditemukan tubuh Dia di bawah.

“Saya yakin ada yang melompat Pak Polisi, buktinya kaca itu pecah, pasti ada yang menerobos lalu melompat, dan saya percaya memang ada yang melompat”

“Tapi Anda lihat sendiri, bukan, bahwa di bawah sana tidak ada mayat akibat terbentur aspal dari ketinggian yang mematikan seperti dari lantai ini dan mati”

“Tidak ada mayat sama sekali di bawah sana!”

Di bawah, mobil-mobil melaju dengan kecepatan beragam sambil menyalakan lampu. Juga sepeda motor—lalu lintas berjalan lancar seperti biasanya, seperti hari-hari sebelumnya—keadaan aman dan terkendali, seakan-akan memang tidak terjadi ada seseorang yang jatuh ke bawah sana.

Para pengunjung gedung itu, gedung pusat pembelanjaan itu, tempat segala kebutuhan manusia bisa terpenuhi dengan membayar uang, sampai kebutuhan yang memang harus dipenuhi atau pun yang cuma iseng seperti membunuh waktu, melihat cewek, dan iseng-iseng lainnya mulai bergerumul karena melihat ada sesuatu yang menarik perhatian mereka.

“Tadi waktu makan di foodcourt saya melihat ada sesuatu yang besar jatuh”.

“Hmm, iya waktu melihat seorang cewek berambut pendek, di belakang cewek itu—saya lihat ada sepasang tangan yang mengacungkan jari jempol, dan tangan itu berada di luar gedung, kalau memang itu tangan manusia, manusia itu pastilah terjun bebas, tapi aneh…”.

“Saya kira sepotong senyuman yang menunjukkan keyakinan, keyakinan yang tidak saya tahu pada apa itu cuma khayalanku saja, tapi setelah mendengar omongan Pak Satpam itu saya percaya saat itu saya tidak sedang berkhayal”.

Mendengar perbincangan mereka Pak Polisi Berbintang Dua, segera mendekat dan menatap tajam satu persatu mata mereka, pandangannya seperti seekor singa yang siap menerkam mangsanya, Huaah. “Benarkah?” Kata Polisi Berbintang Dua tersebut. Terpaksa orang-orang itu mempertanyakan kembali kebenaran pernyataannya sendiri pada dirinya sendiri.

“dia pasti ditolong tuhan, dia memang melompat tapi karena belum saatnya dia mati maka sebuah keajaiban pun terjadi, sepertinya dia naik ke langit” kata Perempuan Tua itu.

“Hal itu tak mungkin terjadi, Apa pun yang jatuh pasti ditarik gravitasi, dan oleh karena percepatan itu dan ketinggian seperti ini, Andaikata dia melompat pastilah dia mati. Dan tubuhnya pasti ada di bawah sana. Seperti ini” . Polisi Berbintang Dua itu menendang potongan-potongan kaca, tak lama kemudian terdengar bunyi gemerincing.

Deretan kepala baik yang tertutup topi atau kerudung maupun yang tidak tertutup, yang menunjukkan bagaimana bentuk rambut mereka, perlahan mengangguk tapi dengan anggukan yang ragu, sambil menoleh ke samping kanan dan kiri masing-masing dari mereka, pastilah mereka berdiskusi. Sebentar kemudian mereka berkata pelan, hampir bersamaan, “Betul juga, kata Polisi Berbintang Dua itu”. Lalu dengan perlahan juga mereka mengangguk, berbeda dengan sebelumnya anggukan mereka lebih mantab, meskipun anggukan kali ini hanya berlainan secuil dari yang sebelumnya, setidaknya keraguan dalam anggukan itu lebih sedikit kadarnya.

“itu berbeda”

“maksudmu apa Perempuan Tua, apa bedanya?”

“Hahaha, anak muda, kau pasti tahu bahwa pecahan kaca dan manusia tidak sama, bukan? Karena itu tentu tidak bisa mencontohkan jatuhnya pecahan kaca seperti jatuhnya seorang manusia”.

Deretan kepala baik yang tertutup topi atau kerudung maupun yang tidak tertutup, yang menunjukkan bagaimana bentuk rambut mereka, perlahan mengangguk lagi, dan menoleh ke samping kanan dan kiri masing-masing dari mereka, pastilah mereka berdiskusi. Sebentar kemudian mereka berkata pelan, hampir bersamaan, “ Betul sekali perkataan Perempuan Tua itu”. Sebentar lagi salah satu dari mereka angkat mulut, “Apa saya bilang?”

Polisi Berbintang Dua yang sepertinya percaya dengan pembuktian secara empiris kecuali juga akal sehatnya, oleh karena hal tesebut Polisi Berbintang Dua itu, tentu saja setuju sementara dengan pekataan Perempuan Tua itu, tapi karena ada yang mengganjal di hatinya Polisi Berbintang Dua itu berpikir sejenak.

“Heh, Ipul, saya perintahkan kamu meloncat ke bawah, tanpa pengaman keselamatan sama sekali, tanpa ada pengaman seperti kasur di bawah sana tanpa tali pengaman tanpa apa pun, karena memang semuanya harus sama dengan kejadian meloncatnya Dia, kau mengerti?”

“mengerti, Pak”

“kalau begitu laksanakan”

Ipul tentu saja kaget mendapat tugas aneh itu, tugas melompat dari gedung tepat dari lantai 25. Tentu saja Ipul gemetar. Pori-pori kulitnya mengeluarkan keringat. Tapi Ipul segera bisa menguasainya. Setelah Ipul ingat cita-citanya, latar belakang Ipul menjadi polisi.

“Siap laskanakan”

“Bagus”

Ipul, seorang polisi yang baru, baru 3 bulan dia bertugas, tentu bukan baru bertugas di kota itu, tapi baru bertugas dalam arti sebenarnya, Ipul baru jadi polisi. Tapi pemahaman tentang tugas polisi, jangan tanya itu padanya. Karena itu Ipul bersedia dengan sepenuh hatinya melakukan tugas dari Polisi Berbintang Dua tersebut. Tentu sebelum melaksanakan tugas yang mulia tersebut, Ipul menelpon istrinya.

“Halo? Mama?”

“Ya Pa, ada apa?”

“Ma, seperti yang saya katakan dulu, dengan menjadi polisi saya pasti bisa mati dengan seksi, dengan terhormat, dan sekarang ini saya akan mendapatkannya, dengan melaksanakan tugas atasan saya sekarang, yaitu melompat dari gedung tepat di lantai 25, saya mohon do’a restunya, ya?”

“iya Pa, saya restui, tapi jangan lupa Papa mati harus meninggalkan uang yang lebih dari cukup buat saya dan dua anak kita”

“Tentu Ma, Tentu dengan melaksanakan ini, itu pasti bisa terpenuhi”

“Oke deh, Pa”

“I love you”

“Love you too”
Tut tut

Ipul maju dengan tegap dan langkah yang mantap ke arah Polisi Berbintang Dua itu, memastikan hal yang menjadi syarat mendapat restu dari istrinya. Dijawab dengan anggukan juga jempol. Tentu setelah itu Ipul bersiap melaksanakan tugas dengan gairah yang meletup, Terlihat dari hentakan kakinya yang berderap-derap. Penuh tenaga. Dan dengan segera Ipul mengambil ancang-ancang untuk melompat.

“Tunggu, Ipul!”

“Ada, apa lagi, Pak?

“Saya hampir saja lupa, Apakah kamu yakin bahwa sebenarnya kamu, sekarang bukan saatnya kau mati?”

“Soalnya, saya dengar dari Perempuan Tua itu Dia sangat yakin tadi bukan saatnya Dia mati”.

“Saya sangat yakin, Pak. Saya yakin kalau sekarang bukan saatnya saya mati, saya yakin kalau saya akan mati tua dan tentu Bapak tahu sekarang saya masih muda”.

“Oke, Laksanakan”.

“Laksanakan”

Ipul kembali melangkah dengan mantap, maju dengan tegap, dengan gairah yang meletup-letup dan hentakan kakinya yang berderap-derap. Segera Ipul mengambil ancang-ancang. Lalu Ipul berlari dengan sangat cepat dan tepat. Tentu setelahnya tubuhnya terjun bebas.

Di foodcourt seseorang yang kebetulan melihat ke luar, melihat tubuh Ipul jatuh. Lalu tubuh Ipul terlihat di belakang cewek berambut pendek oleh seseorang yang berbeda. Lalu sepotong senyum terlihat seseorang yang berbeda lagi, senyum penuh keyakinan Ipul yang entah yakin pada apa.

Tapi kenyataannya, hasilnya berbeda dengan kejadian Dia. Ada tubuh Ipul di bawah sana, kepalanya pecah mengeluarkan darah yang melimpah, kakinya juga. Dari kondisi tubuhnya yang seperti itu, tentu saja Ipul mati. Dan benar saja, Ipul memang mati.

Para Polisi yang bertugas di gedung itu segera memberi hormat. Lalu mengheningkan cipta. Tak terkecuali Polisi Berbintang Dua itu.

Besoknya, orang-orang yang tahu dan paham akan kejadian di gedung itu, kejadian di gedung itu kemarin. Secara kebetulan menonton telivisi dengan saluran yang sama, yang menyiarkan berita aktual. Salah satunya menyiarkan; ada seseorang yang ditemukan terlentang dengan keadaan patah tulang di beberapa bagian tubuhnya di bak truk sampah terbuka, bagi sanak keluarganya dimohon dengan segera menjemputnya di Rumah Sakit Melati kota Bunga. Setelah ditampilkan ciri-ciri berikut fotonya. Barulah mereka sadar seseorang itu Dia. Dia yang melompat dari gedung tepat dari lantai 25 tapi tak ditemukan tubuhnya di bawah gedung itu.

“apa saya bilang meski Dia tidak naik ke langit, malah jatuh ke truk sampah itu, tapi toh Dia tidak mati. Begitulah tuhan menolongnya. Sebab belum saatnya Dia mati” Kata Perempuan Tua yang kemarin itu.

“hmm, ternyata begitu, secara kebetulan Dia jatuh ke truk sampah itu” kata Polisi Berbintang Dua yang kemarin itu.

Mereka semua, terlebih Perempuan Tua dan Polisi Berbintang Dua yang kemarin itu tetap yakin dengan pemahaman takdir mereka. Namun jauh di pikiran bawah sadar mereka, mereka mendapat pemahaman tentang takdir yang baru, yang jauh lebih benar, bahwa begitu salahnya pemahaman takdir mereka.




2010

No comments:

Post a Comment