mencoba saja

Wednesday, November 25, 2009

Situasi

Gambar dari sini


Pada satu hikayat di pertengahan November ketika musim gerimis silir meraba bumi, yang bulir-bulir airnya bagai permata-permata bening yang berjatuhan dari taman langit.
Mentari redup digiring awan ke barat menuju pembaringannya.
Di saat cahaya lesap disesap gelap, beremah-remah bintang betebaran di kanvas hitam semesta.
Di tepian senja di atas hamparan buih lautan
Lelaki Penggiring Malam dan Wanita Temaram bersemuka.
Sejak perpisahan di suatu senja awal Mei musim lalu, mereka berdua bagai matahari dan rembulan yang tak pernah bersinggungan.
Tak saling mengabari, tak saling menghampiri.
Namun persekutuan awan dan udara mempertemukan mereka lagi di antara mendung, di bawah gerimis berembun yang membasahi bulu mata lentik Wanita Temaram.
Senja tersenyum mafhum memberi ruang dan waktu bagi keduanya untuk mengenang kisah lama.
Pada kesempatan itu tatapan Wanita Temaram tampak meneduhkan yang dapat mengubah gurun jadi taman, menukar tuba dengan susu.
Sesekali ia juga menampilkan senyuman menawan yang mampu menyesap langit mendung jadi gemintang.
Seraya menggelandang tatapan Lelaki Penggiring Malam menuju hatinya yang bergemuruh.
"Bolehkah aku tahu bagaimana perasaanmu ketika bertemu denganku duhai Lelaki ?" Wanita Temaram membuka percakapan dengan suaranya yang lena.

Lelaki Penggiring Malam menunduk kemudian merangkai sedikit senyum yang menampakkan lumpang di pipinya.
Dibuangnya muka ke arah pembenaman surya.
Ia sudah tahu apa yang tersirat jauh di lubuk wanita. Pertanyaan yang sering membuat hatinya yang keras meleleh luluh untuk kali keberapa.
Rasa yang hadir dan pergi tanpa pamit. Kemudian hilang saat ia butuh.
Maka itu Lelaki Penggiring Malam sadar untuk tak lagi mengharap rembulan, untuk tak lagi menjadi pungguk.
Sesambil ekor matanya beralih ikut terseret ombak biru ke tepian ngarai.
Lelaki Penggiring Malam mendesah sesaat sebelum menjawab pertanyaan Wanita Temaram ...
ia teringat sajak kecil Chairil tentang SITUASI nya
....
Tidak perempuan ! yang hidup dalam diri
masih lincah mengelak dari pelukanmu gemas
gelap,
bersikeras mencari kehijauan laut lain,
dan berada lagi di kapal dulu bertemu,
berlepas kemudi pada angin,
mata terpikat pada bintang yang menanti.
Sesuatu yang mengepak kembali menandungkan
....
Begitulah perempuan ! Hanya suatu garis kabur bisa dituliskan
dengan pelarian kebuntuan senyuman.


Wanita temaram tergelak mendengar sitiran Lelaki Penggiring Malam yang mendamparkannya pada juta tanya...
"apakah sedemikian ? hingga kau terpikat pada bintang itu ? adakah ini semacam ikhtiar duhai Lelaki ?" wanita menukas.
Tak berapa jeda lelaki lalu berkata
"Sandainya kedatangan air adalah dambaan bagi tanah yang kering
Maka bagiku, kau adalah air dan aku adalah tanah kering yang menunggu kepastian.
Sebanding dengan rasa girangnya seluruh makhluk yang mendambakan turunnya hujan setelah kemarau panjang."


Wanita tergolak dan kembali bertanya harap
"Apakah hingga sekarang kau merasakannya ???"

Lelaki Penggiring Malam terdiam, wajahnya yg tirus tiba-tiba tertampar hangat oleh sinaran mentari senja yang mengendap mengintip dari balik awan.
"Sayangnya itu dulu duhai wanita ! Sebelum aku tahu kau ada yang mencintai" kata Lelaki Penggiring Malam sesaat sebelum ia membisu.

Wanita Temaram mematung lama, dari ujung dermaga wujudnya tampak sempurna bagai sebuah hasil pahatan terindah karya Tuhan Yang Maha Mencipta.
Lalu di sudut matanya merembes air bening hangat meresap pada kulit pipinya yang putih merona terpantul oleh cahaya senja.
Bibir dan qolbunya bergetar, sambil terbata ia mengata "aku hanya korban dari waktu dan keadaan duhai lelaki."


Namun sayangnya Wanita Temaram terlambat, saat ia baru mengata Lelaki Penggiring Malam tlah lenyap bersama awan mengejar mimpinya terbang di balik bayang-bayang senja.

Wanita temaram pun kembali lena, di genggamnya bintang, hatinya miris saat udara malam menyusup mengusap tengkuknya, ditinggikannya kerah sweater biru mudanya. Angin dingin dan deru ombak malam menggelandangkan hayalnya kembali pada Lelaki Penggiring Malam yang dulu dikecewakannya, penyesalan menutup lembaran kisahnya kali ini.

Padahal ada satu lagi pertanyaannya untuk Lelaki Penggiring Malam jika diberi kesempatan;
"apa itu cinta duhai Lelaki ???"
Namun, situasi meluruhkan harapannya hingga tak bersisa lagi.
Hingga gerimis semakin lebat mengguyur pekat, malam yang tiba menjadi beku bagi Wanita Temaram. Sebeku hati Lelaki Penggiring Malam.
....


dhe



selamat datang November !

No comments:

Post a Comment