mencoba saja

Thursday, November 13, 2008

[Tadarus Puisi # 34] Elegi Tichborne, Sajak Menjelang Eksekusi Mati

Elegi Tichborne
Chidiock Tichborne (1558–1586)

Kobar masa mudaku tak ada hanya beku salju
Pesta gembiraku tak ada hanya sesaji nestapa,
Huma jagungku tak ada hanya padang gulma
Dan segala pahalaku tak ada hanya harap sia-sia;
Hari berganti, dan tak jua kulihat matahari,
Dan saat kutahu hidup, tuntaslah kehidupanku.

Kisahku kau dengar tapi tak kemana kau ceritakan,
Buahku jatuh, tapi masih menghijau daun-daunku,
Usia mudaku habis tapi tak jua aku menua,
Aku lihat dunia tapi tak sesiapa ada melihatku;
Benangku putus tapi belum juga ia tergulungkan
Dan saat kutahu hidup, tuntaslah kehidupanku.

Aku cari mautku dan kutemukan di rahimku
aku cari kehidupan dan ternyata itu keteduhan ,
Kutapaki anak tangga dunia dan aku tahu itu kuburku,
Dan kini aku mati, dan kini aku tak lagi apa-apa;
Gelasku penuh, dan kini gelasku jauh berlari,
Dan saat kutahu hidup, tuntaslah kehidupanku.




Tiga stanza di atas adalah sajak terakhir Chidiock (Charles) Tichborne (1558–1586) yang ia tulis di malam dalam tahanan di Tower of London, sebelum ia dihukum mati. Sajak itu ia ia kirimkan sebagai surat tujukan kepada istrinya, Agnes. Sajak di atas selain termahsyur dengan judul "On The Eve of His Execution" juga dikenal dengan judul "Tichborne's Elegy", atau "My Prime of Youth is but a Frost of Cares".

Tichborne yang lahir di Southampton, dari orangtua beragama Katolik Roma, adalah penyair dan konspirator. Kata terakhir disandangkan padanya karena ia merancang pembunuhan atas Ratu Elizabeth I.

Sang Ratu semula memperbolehkan pemeluk Katolisisme menjalankan keyakinannya. Tetapi ketika ada komunikasi yang putus dengan Keuskupan akibat dukungan Sang Ratu terhadap ajaran Kristen Protestan, maka sekali lagi ajaran Katolik dilarang di Inggris. Tichborne dan ayahnya ditangkap.

Tichborne kemudian ditahan-lepaskan tanpa pengadilan. Tapi, penjara jadi langganannya. Masa itu, di Inggris, sekularisme memang belum lagi datang memisahkan urusan negara dan agama. Tak heran bila pada bulan Juni tahun 1586, Tichborne bersepakat dengan sebuah plot rencana pembubuhan atas Ratu Elizabeth dan menggantikannya dengan Ratu Mary dari Scotlandia yang beragama Katolik yang memang menunggu giliran berikutnya untuk naik tahta.


Pada tanggal 20 September 1586, Tichborne dieksekusi bersama kerabat perencana pembunuhan atas Ratu: Anthony Babington, John Ballard, dan empat konsspirator lainnya. Isi perut mereka dikeluarkan saat mereka masih lagi bernafas, lalu mereka dipertontonkan di St Giles Field, London. Begitulah cara penguasa kala itu menyebarkan teror dan membangkitkan efek jera. Tujuh konspirator menyusul dihukum serupa, meski kemudian Ratu sedikit melunak: perutnya dibelah dan diburaikan setelah sang terhukum nyaris mati di tiang gantungan. ***

No comments:

Post a Comment