mencoba saja

Wednesday, February 8, 2006

Bundaku Taman Sunyi oleh SULFIZA ARISKA


Bundaku Taman Sunyi

bagi Bunda dan semua yang kelak menjadi Bunda

Adalah cinta yang dikabarkan bunga-bunga musim semi
pada badai laut berkobar
mematikan amarah daun-daun tembaga
ujung kemarau
yang tumbuh di ladang petang
(aku salah seorang bunga itu)

"Bayu...bukalah jendela langit."
(ini pesan Bunda)
Aku tak tahu zat yang bernama langit
Maka Bunda meminta kepingan-kepingan sunyi
Membawaku ke muara petang; sebuah senja yang agung
(sejak ini aku tak melihat Bunda lagi)

Aku mulai meramu ranting-ranting dan menggesek petir
Membangun api dalam kerontang
Tapi, apiku api kedamaian
hujan pada karang kersik
celah dari beribu kubah terkunci
darah untuk kerakap
angin bagi padang jagung yang menyemaikan pipih-pipih sari ke putik
Aku melihat dan bersahabat dengan kematian dan kehidupan
Untuk kemudian aku mengerti; sudah kubuka pintu langit
Aku adalah langit itu sendiri

Empat musim di masa depan
Aku tak lagi mencium tanda-tanda Bunda
Seruling gembala menghilang,
desau ilalang rebah,
riak sungai musnah,
lenguh kerbau terbang
Tak ada bekas
Maka, pada hening danau pagi
kupinjam sebuah judul cerita untuk mengenang Bunda;
Taman Sunyi

Bundaku Taman Sunyi:
Negeri semua rahasia
Rumah segala semi
Dunia semesta cinta
Malaikat yang menghidupkan matahari

No comments:

Post a Comment