mencoba saja

Wednesday, July 7, 2010

[KOLOM] Beberapa Diktum Demokrasi

INI cuma lintasan pemikiran acak. Saya tentu saja bukan pemikir mahir. Bukan perumus teori yang bagus. Saya kadang suka sok menjadi pengamat, dan tentu saja tidak terlalu cermat. Jadi, jadikan bahan renungan deh, jadikan bahan untuk menilai betapa dangkalnya wawasan saya ini. Jangan terlalu diamini, janji ya?

1. DEMOKRASI beranjak dari rasa tidak percaya. Agama berdasar pada rasa percaya!

Karena kita melihat masalah manusia di depan mata, dan kita tidak percaya pada pemimpin, maka kita memerlukan demokrasi. Itulah sistem yang kita pakai sekarang untuk menjamin bahwa kekuasaan itu bisa dibatasi, dan pemimpin bisa diganti. Agama berangkat dari kepercayaan. Kita percaya Tuhan itu ada, meski kita baru nanti akan berjumpa dengan-Nya di akhirat sana.

2. PARTAI itu anak kandung yang lahir dari rahim demokrasi, tapi merasa merekalah ibu kandung yang melahirkan demokrasi, dan melupakan rakyat.

Partai-partai itu sering lupa bahwa demokrasi itu adalah upaya untuk menata kehidupan bersama mencapai kondisi terbaik yang bisa dicapai. Partai hanya instrumen dan mesin demokrasi. Tapi, si intrumen ini kadang merasa bisa mengubah kerja dan fungsi si mesin itu.

3. DEMOKRASI itu seperti perkawinan. Ada komitmen bersama. Ada pembagian kerja. Ada juga mempelai yang selingkuh dan kasar.

Semua pihak yang terlibat, harus bertekad bersama merawat demokrasi itu agar berjalan menjadi lebih baik, dan membawa semua pihak ke keadaan yang lebih baik. Korupsi dan kolusi itu adalah tindakan kriminal nomor satu dalam demokrasi!

4. ADA beberapa cara mengganti penguasa. Demokrasi bukan cara yang paling sempurna. Tapi, mungkin ini yg paling minim risiko.

Pilihannya apa? Ditunjuk oleh penguasa yang lebih tinggi? Atau kalau di pusat, dengan kudeta bersenjata? Kekuatan desakan rakyat? Atau berbagai sistem utopis yang belum menemukan cara terterapkan untuk mengganti penguasa itu? Jadi, sementara sepertinya memang demokrasi itu cara yang paling minim risiko.

5. TUHAN itu otoriter pada beberapa hal, tapi pada banyak hal, Ia adalah demokrat sejati.

Nasib itu demokratis. Tuhan bebaskan kita "menentukan" sendiri nasib kita dengan kerja keras kita sendiri. Kapan kiamat? Nah, untuk yang satu ini, di sini Dia otoriter! Dalam Al-Quran, banyak ayat yang menegaskan bahwa Tuhan tahu apa yang terbaik buat manusia, dan manusia tidak tahu. Dalam kacamata manusia, ini otoriter, kan?

6. Demokrasi bisa diperalat, jadi kendaraan, jadi kedok.

Pada dasarnya demokrasi itu memang alat, kendaraan dan  kedok. Ia bukan tujuan. Untuk sampai tujuan, kita perlu kendaraan, bukan? Untuk mengerjakan sesuatu, menebang pohon misalnya, kita perlu kapak, bukan? Nah, demokrasi jadi kedok, ketika penguasa lalim, sistem belum memungkinkan, maka demokrasi bergerak dari balik kedok. Prinsip Zorro, namanya.

7.  DEMOKRASI adalah upaya maksimal manusia menata hidupnya sendiri. Kalau itu datang dari Tuhan, ia akan jadi bagian dari agama.

Karena bukan agama, tak ada dosa dalam demokrasi.  Ketika penguasa zalim, itulah saatnya agama bergandengan tangan dengan kepentingan demokrasi. Jadi, keduanya bisa sejalan. Apakah demokrasi bertentangan dengan agama? Bisa begitu. Dan biasanya, agama yang oleh penganutnya dianggap lebih benar daripada demokrasi.
 
8. DEMOKRASI itu seperti merek yang dijual dengan sistem waralaba, dan si pemakai boleh mengutak-atik menyesuaikan sistemnya.

Demokrasi itu seperti sistem standar operasi yang terbuka. Siapa saja boleh memakainya sebagai dasar untuk mengembangkan sistem lain yang lebih baik. Justru demokrasi akan gagal kalau mentah-mentah dicontek. Pasti ada kemungkinan untuk mengutak-atik menjadi lebih sesuai, dan cocok untuk kondisi masyarakat pemakainya. Tapi, keterbukaan itu pula yang membuat demokrasi sering diselewengkan. Nasib....

9. DEMOKRASI itu tidak sempurna. Kalau demokrasi itu dinyatakan sudah sempurna, berarti dia tidak demoratis lagi.

Demokrasi itu gagasan manusia. Bukan gagasan manusia. Kalau manusia menyatakan dia sempurna, maka ia berlebihan. Apalagi buatannya, kalau dinyatakan yang dibuat manusia itu sempurna, maka itu juga kebohongan.

10. DENGAN demokrasi dihasilkan pemimpin terbaik, tercipta aturan terbaik.

Tapi, demokrasi juga membutuhkan kedua hal itu. Kecurangan, akal-akalan, selalu akan terbongkar dalam sebuah sistem penyelenggaraan negara yang demokratis. Semakin menyadari itu, semakin baiklah perilaku pemimpin, semakin demokratis kepemimpinan yang ia jalankan.

11. ALANGKAH demokratisnya, jika presiden dipilih dengan kompetisi seperti piala dunia. Ada babak penyisihan sampai final.

Bisa dicari, apa saja yang dilombakan. Tentu bukan adu otot. Ini adu konsep, dan adu otot. Juga adu kecerdasan emosi, dan kedewasaan sikap. Semuanya harus digelar dengan terbuka. Disiarkan seluruh stasiun televisi. Skornya harus jelas, tak perlu lembaga survei untuk bikin hitung cepat.  Kehebatan sepakbola dibanding politik adalah: di lapangan itu, tak ada pidato jual kecap! Tak ada janji kampanye!

12. KITA perlukan demokrasi, ketika kita harus memilih, tetapi sebenarnya kita tak punya pilihan.

Ini lebih baik daripada ada kekuatan siapapun, dengan senjata atau uang, yang datang, memilih diri sendiri, memaksa kita yang tak memilih dia, menerima dia juga. Ini jauh lebih buruk.

13. DIPLOMASI itu adalah cara berbohong untuk menutupi kebohongan. Demokrasi adalah sistem yang memungkinkan orang berbohong.

Ya, atas nama demokrasi, orang bisa berbohong atau berkata dengan benar. Tanpa demokrasi bisa jadi semua yang dikatakan cuma bohong. Dalam suasana demokratis, kebohongan gampang ketahuan, kok. Percayalah. Yang diperlukan adalah rakyat yang melek bukan antidemorasi, serta cerdas bukan cuai pada politik.***

No comments:

Post a Comment