UNTUK ANAK ACEH I
Oleh Hasriwal AS
Kaki kecilmu berlari kencang
Tangan kecilmu melawan derasnya gelombang tsunami
Tubuh kecilmu bertarung dengan kokohnya beton-beton yang menghimpitmu
Kini...tak ada tawa dan candamu
tak ada lagi kau bermain di serambi
kau terbaring kaku...
au terbujur senyum, tertidur untuk slamanya
Di tepi pantai...bisanya kau bercengkerama dengan ombak kecil
berlari-lari riang menyusuri pantai pasir
kau tampak bahagia meski bumi rencong tak henti-hentinya
dilanda musibah
Tubuh-tubuh kecil slama ini ditembus ganasnya butir peluru
Kini...kaku terbaring
kaku bertelanjang melawan dinginnya hempasan tsunami
Tak mampu kami menyelamatkan jiwamu
Karena kami juga tak mampu melawan dahsyat tsunami
ami hanya dapat berdo’a dan menangis
Air mata serasa kering sudah
Mengenang kaki kecilmu berlari di pasir pantai
Mengenang tangan kecilmu melawan riak gelombang kecil
Apa daya kami nak, saat melihat tubuh kecilmu melawan dahsyatnya tsunami,
ketika di tengah keceriaanmu bersama kami duduk diserambi
dihempas tsunami
Tapi...percayalah nak, kami tetap mengenang juangmu...
kami tetap mengenang tawa candamu
kau tetap hadir di tengah-tengah kami...
Allah sudah berkehendak
Allah telah memisahkan kita
Tapi kau tetap di hati kami
Selamat tidur anakku...
Selamat jalan anak bangsa
Jakarta, 03 Januari 05
*****
UNTUK ANAK ACEH II
Oleh Hasriwal AS
Cobaan demi cobaan terus menghempas bumi rencong nan kaya
Dari... deru mesin-mesin yang memuntahkan butiran panas
goncangan gempa dahsyatnya deru gelombang tsunami
Tak henti-hentinya derita menyelimuti Serambi Mekkah
Kami nan jauh turut merasakan tangismu, deritamu nak...
Yang kehilangan, ayah, bunda, adik, kakak...
Getirnya isak tangis terasa menyesak dada
Kepahitan dan ketakutan menghimpit dada
Kini kau hidup sebatang kara di tengah kayanya alammu
Kau bertahan dan berjuang hidup melawan tsunami
Mukjijat Allah menyelamatkanmu
Hidupmu pun terombang-ambing
Turut terbawa jasad ayah, bunda, adik, kakak bersama surutnya tsunami
Hutan dan laut sudah tak lagi bersahabat
Mereka marah..., murka..., merenggut jiwa-jiwa yang kau sayangi
Kaki, tangan dan tubuh kecilmu tak dapat melawan amarah dan murka
Kau berdiri di lereng Leuser yang tak lagi rimba
Kau duduk dipantai yang dihempas gelombang
Bertanya dan selalu bertanya...
Kemanakah ayah, bunda, adik, kakakku...
Alamku yang kaya tak dapat menghidupi
Serambi tak lagi dapat menyelimuti
Akankah aku pergi jauh?
Menyusul ayah, bunda, adik, kakakku?
Jakarta, 03 Januari 05 (bps)
*****
No comments:
Post a Comment